BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum MTsN
Watampone Kabupaten Bone
1.
Sejarah Singkat
MTsN Watampone
Kabupaten Bone dijadikan madrasah negeri
berdasarkan surat keputusan mentri agama Republik Indonesia no. 158 tahun 1969
tanggal 08 Nopember 1969. MTsN Watampone sebelum dinegerikan adalah MTsS
Watampone yang dibina oleh yayasan At-Tarbiyah Wal Irsyad di Watempone.
Selanjutnya diusahakan penegriannya melalui Dinas Pemda (nama dinas pendidikan pada tahun 1969) kabupaten bone. Atas
dukungan pemerintah daerah di lanjutkan ke Jawatan Pemda Provinsi Sulawesi Selatan sekanjutnya ke Dipenda sampai dapat
pengesahan mentri agama RI.
MTsN
Watampone pada awal penegriannya di bawah pempinan kepala madrasah H. Ahmad
Ishak, BA. Madasah ini telah dipimpin
oleh banyak kepala madrasah. Adapun kepalah madrasah sejak di jadikan
Negeri sampai sekarang adalah sebagai
berikut;
1.
H. Ahmad Ishak,
BA (Almarhum) Tahun 1969 s/d 1981
2.
Muh. Nur, BA
(Almarhum) Tahun 1982 s/d 1989
3.
Dra. Hj.
Nurmala Subair Tahun 1989 s/d 1994
4.
Dra. Hj. Astina
Pattopoi Tahun 1994 s/d 1998
5.
A. Muh. Akil
Sirajuddin Tahun 1998 s/d 1999
6.
Dra. Hj.
Muafiah Rasyid Tahun 1999 s/d 2009
7.
Drs. H.
Kasmaruddin, M.Pd Tahun 2010 s/d sekarang
Madrasah
ini mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup singnifikan yang telah
menamatkan ribuan alumni untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.[1]
2.
Visi dan Misi
Visi
MTs Watampone Kabupaten Bone adalah “mewujudkan
sumber daya yang berkualitas tinggi dan siap bersaing dalam masyarakat”.
Dari
visi tersebut MTs Watampone Kabupaten Bone membuat misi-misinya antara lain:
a.
Menyelengarakan sistem pendidikan yang mengutamakan pengembangan dan peningkatan mutu
madrasah.
b.
Mewujudkan siswa terampil dengan landasan iman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa.
c.
Mengajarkan kepada siswa agar mampu memahami ajaran agamanya dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d.
Membentuk lingkungan belajar yang bersih, asri, nyaman dan penuh
dengan nilai-nilai agama
e.
Mewujudkan madrasah sebagai sarana pembelajaran yang berorientasi
pada pendekatan konprehensip (cerdas istimewa, bakat istimewa, akselerasi,
RMBI, unggulan dan reguler).[2]
Visi dan misi madrasah merupakan
salah satu unsur kelengkapan yang harus ada dan dimiliki oleh sebuah madrasah yang sehat. Sebab, kedua
komponen ini menjadi arah dan dijadikan pedoman atas semua proses pengambilan
keputusan yang hendak dilakukan madrasah tersebut.
3.
Keadaan Guru
Keadaan guru dan pegawai MTsN
Watampone berdasarkan pendidikan
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Keadaan Guru dan Pegawai MTs Watampone
Berdasarkan Pendidikan
No
|
Pendidikan Terakhir
|
Jumlah
|
1
|
SMA
|
5
|
2
|
DIII
|
1
|
3
|
S1
|
120
|
4
|
S2
|
11
|
Jumlah
|
137
|
Sumber data : Kantor tata
Usaha MTsN Watampone
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 137 guru yang aktif mengajar di
MTsN Watampone terdapat 5 guru yang pendidikan terakhirnya SMA, 1 guru DIII 120 guru S1 dan 11 guru yang telah menyelesaikan S2. Dari data
tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa secara akademik guru-guru yang terdapat
di MTsN Watampone sudah memenuhi standar kompetensi akademik yang telah di
tetapkan oleh kementrian pendidikan dengan presentase 95% guru-guru telah
menyelesaikan pendidikan jenjang S1 dan S2. Hanya terdapat 6 guru atau 5% yang belum memenuhi standar kompetensi
akademik tersebut. Kompetensi
akademik seorang guru sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran.
4.
Keadaan Siswa
Siswa
merupakan komponen madrasah yang sangat penting, tidak mungkin suatu madrasah
mengadakan pembelajaran tanpa ada siswa. MTsN Watampone menerima siswa dari
lulusan SD/MI maupun siswa pindahan dari madrasah lain. Saat ini di tahuan
ajara 2015/2016 MTsN Watampone mempunyai siswa yang berjumlah 1.780
orang.
Tabel 2
Jumlah Siswa MTsN Watampone Tahun ajaran 2015/2016
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
VII
|
632
|
257
|
386
|
2
|
VIII
|
579
|
265
|
332
|
3
|
IX
|
569
|
274
|
295
|
Jumlah
|
1.780
|
796
|
1.013
|
Sumber data : Kantor tata Usaha MTs Watampone
Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa dari 1.780 siswa di MTsN Watampone terdapat 796 siswa berjenis
kelamin laki-laki dan 1.013 siswa berjenis kelamin perempuan. dari jumlah siswa yang banyak ini, pihak
sekolah membagi system pembelajaran dalam dua waktu pembelajaran. Siswa kelas
VII dan IX masuk pada siang hari dan siswa kelas VIII masuk pada sore hari.
System sif ini membuat siswa lebih mudah dibina dan diawasi. Namun terdapat
beberapa kekurangan dalam sestem ini karena kelas VIII tidak pernah melaksanakan
kegiatan upacara.
5.
Tata Tertib Siswa MTsN
Watampone
Kedisiplinan dan ketertiban di lingkungan madrasah memang
sangatlah penting, karena hal ini kadang-kadang kali terjadi pelanggaran
kedisiplinan dan ketertiban yang dilakukan para siswa. Oleh sebab itu kedisiplinan
dan ketertiban perlu kita atur dalam sebuah tatanan yang biasa kita sebut
dengan tata tertib madrasah. Adapun dibuatnya tata tertib tersebut memiliki dua
tujuan yaitu tujuan khusus dan juga tujuan umum. Secara khusus memiliki tujuan
supaya kepala madrasah bisa menciptakan suasana yang kondusif bagi semua warga madrasah,
supaya para guru bisa melaksanakan belajar mengajar dengan optimal dan supaya
tercipta kerja sama di antara para orang tua dengan madrasah dalam mengemban
tugas pendidikan. Sedangkan tujuan secara umumnya yaitu agar terlaksananya
kurikulum secara baik serta bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan di dalam
madrasah.
TATA
TERTIB SISWA
MTsN
Watampone
KEHADIRAN :
1. Kegiatan Belajar Mengajar dimulai pukul 07.00 WIB
dan diakhiri pukul 12.40 WIB.
2. KBM diawali dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an/do'a
3. Siswa wajib hadir 05 menit sebelum jam pelajaran
dimulai.
4. Siswa wajib mengikuti seluruh kegiatan belajar
mengajar.
5. Siswa wajib mengikuti upacara hari-hari besar dan
setiap hari Senin.
BAB
I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan seizin.
Madrasah sebagai tempat terselenggaranya pendidikan
memerlukan tata tertib yang disusun berdasarkan pedoman yang wajib dilaksanakan
seluruh siswa secara konsekuen dengan penuh kesadaran. Tata tertib ini
selanjutnya disebut Tata Tertib Siswa MTsN Watampone.
BAB II
DASAR PENYUSUNAN TATA TERTIB
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Rapat Dewan Pengelola MTsN
Watampone
BAB
III
ASAS
UMUM
1. Sebagai warga seizin yang baik berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia.
2. Patuh pada peraturan dan tata tertib madrasah,
hormat pada orang tua, guru dan karyawan.
3. Memiliki rasa solidaritas, loyalitas dan integritas
terhadap MTsN Watampone
4. Selalu menjaga nama baik MTsN
Watampone..
5. Mengerjakan dan melaksanakan semua tugas kewajiban
sebagai siswa MTsN Watampone.
6. Memelihara keamanan, ketertiban, dan kebersihan
lingkungan madrasah.
BAB
IV
KEHADIRAN
DAN MENINGGALKAN MADRASAH
A. Kehadiran
1. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pukul 07.00
WIB dan diakhiri pukul 12.40 WIB.
2. Siswa wajib hadir selambat-lambatnya pukul 06.55
WIB.
3. Hadir dan mengikuti semua proses KBM.
4. Siswa yang terlambat di madrasah, wajib lapor ke
guru piket.
5. Terlambat lebih dari 10 menit, siswa tidak
diperbolehkan masuk madrasah, kecuali dengan izin guru piket.
6. Tidak masuk madrasah lebih dari 3 kali, maka orang
tua/wali siswa yang bersangkutan akan di panggil ke madrasah.
7. Siswa dilarang keluar masuk kelas pada saat KBM
berlangsung, kecuali seizin guru.
8. Siswa diperbolehkan melakukan kegiatan di
lingkungan madrasah yang terkait dengan program madrasah.
B. Waktu Kosong
1. Istirahat dilakukan sekali, pada pukul 10.20 s.d.
10.40 WIB.
2. Pada jam istirahat siswa diharuskan berada di luar
kelas, kecuali ada hal-hal yang menyangkut KBM.
3. Pada waktu guru berhalangan hadir, pengurus atau
piket kelas wajib lapor kepada guru piket.
C. Meninggalkan KBM dan Madrasah
1. Siswa yang akan meninggalkan kelas pada waktu KBM
diwajibkan meminta izin kepada guru kelas yang mengajar dan melapor ke guru
piket.
2. Siswa yang akan meninggalkan madrasah pada waktu
KBM diwajibkan minta izin kepala madrasah atau yang mewakili.
3. Siswa yang akan meninggalkan madrasah karena tugas madrasah
wajib lapor ke guru piket.
4. Siswa yang akan meninggalkan madrasah karena
kondisi tertentu wajib lapor ke guru piket
BAB
V
ABSENSI
A. Ketidakhadiran
1.
Jika
siswa tidak hadir ke madrasah lebih dari 2 (dua) hari berturut-turut, maka
harus membawa surat keterangan dokter bagi yang sakit dan surat keterangan
orang tua/wali siswa karena keperluan.
2.
Jika
dalam seminggu siswa tidak hadir lebih dari 3 hari, maka orang tua/wali siswa
diundang untuk hadir bertemu dengan wali kelas.
3.
Jika
siswa tidak bisa menunjukkan surat keterangan dokter atau surat keterangan
orang tua/wali siswa atau tidak menghadirkan orang tua/wali, siswa dianggap
absen.
B.
Ketidakhadiran Tes dan Tes Remedial
1.
Siswa
yang tidak hadir lebih dari 10 % dalam satu bidang studi tidak diperkenankan
mengikuti tes. Siswa bersangkutan hanya diperkenankan mengikuti tes remedial.
2.
Siswa
yang tidak hadir pada saat tes tanpa keterangan yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak diperkenankan mengikuti tes susulan dan hanya
diperkenankan mengikuti tes remedial.
3.
Batas
waktu untuk siswa yang akan mengikuti tes susulan adalah 2 hari setelah tes
berakhir, dan jika sampai batas waktu yang ditentukan siswa bersangkutan tidak
hadir, maka hanya diperkenankan mengikuti tes remedial.
BAB VI
PAKAIAN
DAN TATA RIAS
Kewajiban
Berpakaian:
1. Mengenakan seragam dengan
ketentuan:
Putra:
Putra:
·
Mengenakan
pakaian seragam madrasah beratribut sesuai yang ditetapkan lembaga,
Senin-Selasa-Rabu mengenakan biru putih (MTsN), Kamis batik
·
Jum,at-
Sabtu mengenakan pramuka.
·
Pakaian
yang sopan dan dimasukkan ke dalam celana.
·
Mengikuti
aturan bentuk/pola dan ukuran baju (tidak junkies).
·
Menggunakan
ikat pinggang.
·
Memakai
sepatu dan kaos kaki.
·
Hari
Senin mengenakan seragam biru putih, (khusus upacara menggunakan dasi dan peci).
Putri:
·
Mengenakan
pakaian seragam madrasah beratribut sesuai yang ditetapkan lembaga,
Senin-Selasa dan Rabu mengenakan biru putih (MTsN), Kamis batik dan Jumat Sabtu
mengenakan pramuka..
·
Mengenakan
jilbab dan baju tidak dimasukkan.
·
Mengikuti
aturan bentuk/pola dan ukuran baju (tidak junkies).
·
Memakai
sepatu dan kaos kaki.
2.
Menjaga penampilan wajar dan tidak berlebihan
·
Putra
: Rambut pendek rapi (tidak melebihi alis mata,
tidak menutup daun telinga, tidak mengenai kerah baju, tidak diwarnai, tidak
diberi pewarna), tidak mengenakan kalung atau gelang, kuping tidak ditindik,
tidak bertato atau sejenisnya.
·
Putri
: Tidak mencukur alis mata, tidak menggunakan
make up berlebihan, tidak bertato, tidak menindik tubuh selain di telinga dan
lebih dari sewajarnya, dan tidak mengenakan perhiasan berlebihan.
BAB
VII
KEGIATAN
EKSTRAKULIKULER
1.
Siswa
wajib mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler (jadual terlampir).
2.
Kegiatan
ekstrakulikuler diselenggarakan setiap hari Ahad pukul 07.00 WIB sampai dengan
pukul 17.30 WIB.
3.
Waktu
maksimal kegiatan ekstrakulikuler adalah 90 menit, kecuali untuk persiapan
lomba atau pementasan.
BAB
VIII
PELANGGARAN
DAN SANKSI
Penambahan:
Ketentuan sanksi sesuai dengan MTsN Watampone
Setiap siswa yang melakukan pelanggaran, baik terhadap kewajiban atau pun larangan akan dikenakan sanksi. Adapun sanksi yang dikenakan ditetapkan sebagai berikut :
Setiap siswa yang melakukan pelanggaran, baik terhadap kewajiban atau pun larangan akan dikenakan sanksi. Adapun sanksi yang dikenakan ditetapkan sebagai berikut :
·
Setiap
pelanggaran dari kewajiban pada Bab II (B, C, D dan E), siswa dipulangkan dan
hadir hari berikutnya dengan diantar orang tua, serta membuat pernyataan
tertulis tidak akan mengulangi.
·
Setiap
pelanggaran pertama dari larangan Bab III (point 2 – 11), siswa dipulangkan,
orang tua hadir keesokan harinya dan siswa mendapat skorsing tugas selama 3
hari (masuk madrasah mendapat tugas dari petugas piket, dalam ruangan khusus
selama jam pelajaran).
·
Setiap
pelanggaran kedua dari larangan Bab III (point 2 – 11), orang tua diberitahu
dengan surat resmi dan siswa mendapat skorsing belajar di rumah selama 3 hari,
masuk hari pertama diantar orang tua dengan surat pernyataan tidak akan
mengulang dan siap menerima sanksi terburuk.
·
Setiap
pelanggaran ketiga, siswa mendapatkan skorsing minimal 5 hari.
·
Setiap
pelanggaran keempat siswa dikembalikan ke orang tua/di-DO.
Pelanggaran
Khusus dan Sanksinya
·
Pelanggaran
pertama pada setiap larangan dari No. 12 – 19, siswa membuat surat pernyataan
dan skorsing 3 hari.
·
Pelanggaran
kedua dan selanjutnya pada setiap larangan dari No. 12 – 19, siswa membuat
surat pernyataan dan skorsing minimal 6 hari dan kelipatannya.
·
Pelanggaran
pertama pada setiap larangan dari No. 20 – 26, siswa mendapatkan skorsing
minimal selama 6 hari, disarankan untuk pindah madrasah.
·
Pelanggaran
kedua pada setiap larangan dari No. 20 – 26, siswa dikeluarkan dari MTsN
Watampone.
·
Pelanggaran
pertama pada setiap larangan dari No. 27 – 28, siswa dikeluarkan dari MTsN
Watampone.
Segala
sesuatu yang belum diatur dalam peraturan Tata Tertib tersebut di atas akan
ditentukan kemudian. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.[3]
Untuk bisa menegakkan
kedisiplinan di dalam lingkungan madrasah memang diperlukan tunjangan peraturan
dengan ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengikat setiap komponen baik itu
guru, siswa maupun kepala madrasah guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
berupa tata tertib madrasah. Sementara
untuk menegakkan tata tertib tersebut haruslah dimulai dari kelompok madrasah
itu sendiri, dengan begitu maka madrasah bisa menjadi tempat dan sarana belajar
dengan manajerial yang baik.
Selain itu disiplin memang
merupakan hal penting yang harus ditanamkan kepada anak didik kita di madrasah
sedini mungkin, dengan tata tertib yang diterapkan setiap hari tersebut maka
bisa membuat para siswa menjadi terbiasa untuk bersikap disiplin dan
tertib. Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa tata tertib MTsN
Watampone menjadi sebuah budaya madrasah yang akan menegakkan kedisiplinan
siswa sehingga akan terbentuk karakter disiplin.
Tata
tertib sekolah dijadikan juga sebagai budaya sekolah. Dengan adanya tata tertib
sebagai budaya sekolah, diharapkan pembiasaan dan pembinaan karakter siswa
lebih terprogram. Dari hasil observasi peneliti dari budaya sekolah ini,
peneliti menyimpukan bahwa budaya sekolah di MTsN watampone berjalan dengan
baik dan mendapat pengawan yang baik dari wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan.
6.
Kegiatan
Ekstrakulikuler
Selain
para siswa melakukan kewajiban belajar, mereka juga dianjurkan untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh madrasah. Tujuannya tidak lain adalah supaya
siswa dapat mengeluarkan potensi dan juga bakat yang dimilikinya. Kegiatan
ekstrkurikuler di MTsN watampone dilaksanakan setiap hari ahad dengan di latih
oleh Pembina ekstrkakurikuler masing masing ataupun pelatih yang di undang oleh
Pembina ekstrakurikuler.
Adapun
kegiatan ekstrkurikuler yang di adakan di MTsN Watampone antara lain:
Tabel 3
Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
NO
|
Jenis
Kegiatan
|
1
|
OSIS
|
2
|
Pramuka
|
3
|
Drum Band
|
4
|
PMR (Palang
Merah Remaja)
|
5
|
ROHIS (Rohani
Siswa)
|
6
|
SSB (Sanggar
Seni Budaya)
|
7
|
KIR (Karya
Ilmiah Remaja)
|
8
|
UKS (Unit
Kesehatan Madrasah)
|
9
|
Olahraga
|
Sumber data : Kantor tata Usaha MTsN Watampone
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
terdapat 9 ekstrakurikuler yang di laksanakan
oleh MTsN Watampone. Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat dipilih oleh setiap siswa yang setelahnya
akan di seleksi oleh pembina ekstrakurikuler masing-masing. Madrasah yang baik memberikan kegiatan ekstrakurikuler atau biasa disebut
dengan ekskul kepada para siswa. Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari
adanya kegiatan ekskul di madrasah. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini
tentu saja untuk memfasilitasi minat para siswa dan memberikan mereka
kesempatan untuk berlatih dan berkarya. Berdasarkan observasi peneliti terhadap
kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di MTsN Watampone, peneliti
menyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik.
B.
Model Pembinaan Karakter di MTsN
Watampone Kabupaten Bone
Untuk menjawab rumusan masalah
pertama dalam penelitian ini yang berbunyi
Bagaimana model pelaksanaan pembinaan karakter di MTsN
Watampone Kabupaten Bone? maka
berdasarkan hasil angket yang telah peneliti lakukan. Pembinaan karakter di MTsN
Watampone telah di implementasikan sebelum adanya kurikulum 2013. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala MTsN
Watampone. karakter yang di kembangkan adalah pembinaan-pembinaan karakter oleh
guru:
1.
Pembiasaan mengucapkan salam
2.
Pembiasaan membaca ayat suci alquran 3-5 menit di awal pelajaran
3.
Pembiasaan membaca doa sebelum dan
sesudah belajar
4.
Pembiasaan sholat dhuha, dzuhur, ashar secara berjamaah
5.
Bimbingan rohani siswa setiap selesai sholat[4]
Jadi,
MTsN Watampone sudah melaksanakan pendidikan karakter oleh guru sebelum
implementasi kurikulum 2013 sehingga dapat dikatakana bahwa MTsN
Watampone berpengalaman dalam membina karakter siswa. Selain pembinaan karakter
seperti dia atas yang telah menjadi program rutin madrasah yang telah menjadi
budaya dari MTsN Watampone. Selain pembinaan karakter tersebut dilakukan pula
pembinaan karakter melalui program
ekstekurikuler antara lain :
1.
OSIS (Organisasi
Siswa Intra Madrasah)
Organisasi siswa intra madrasah merupakan bagian dari
pembinaan kesiswaan dan masuk kedalam kelompok bidang pembinaan mutu
pendidikan. Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan
memperkaya pengalaman belajar belajar siswa.
Karakter
yang di bentuk dalam OSIS ini adalah percaya diri. Patuh pada aturan-aturan
social, bertanggung jawab, cinta ilmu, santun, sadar akan hak dan kewajiba.
Dari segi penerapan pendidikan karakter melalui osis ini peran Pembina
sangatlah besar, mereka di tuntut untuk serius melakukan pembinaan agar siswa
tidak keluar dari nilai-nilai karakter yang di inginkan. Adapun kegiatan yang
di dalamnya dapat membina karakter siswa menurut Satiyah
sebagai Pembina osis antara lain
a)
Latihan dasar
kepemimpinan, nilai karakter yang bisa di tanamkan adalah demokratis, cinta
tanah air, percaya diri disiplin dan lain-lain.
b)
Kegiatan bakti
social karakter yang ditanamkan adalah kerjasama, peduli lingkungan dan cinta
tanah air
c)
Masa orientasi
siswa karakter yang di kembangkan kedisiplinan, percaya diri dan kesadaran
antara hak dan kewajiban.[5]
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh OSIS seperti di atas akan sangat membantu terbentuknya
karakter yang menjadi yang menjadi tujuan madrasah.
Hasil
observasi peneliti terhadap kegiatan OSIS yang dilakukan di MTsN Warampone
tentang pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan OSIS, maka dapat di
simpulkan bahwa melalui kegiatan OSIS ini dapat membentuk kerjasama dan
kepercayaan diri siswa yang terlibat dalam kegiatan ini.
2.
Pramuka
Kepramukaan
adalah proses pendidikan di luar lingkungan madrasah dan di luar lingkungan
keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan tujuan membentukan watak dan
kepribadian siswa. Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
ditujukan untuk melatih dan mendidik siswa melalui berbagai bentuk latihan dan
kegiatan yang menarik.
Menurut Harbi sebagai pembina pramuka, tujuan dari
pelaksanaan pramuka ini adalah sebagai berikut:
“Sebagai organisasi ekstra yang membantu madrasah dan sebagai wadah panel
yang menciptakan peserta didik yang berkepribadian dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa. Selain itu, pramuka juga melakukan pembinaan keterampilan
peserta didik”[6]
Penerapan
kedisiplinan dan nilai-nilai tanggungjawab kepada anggota Pramuka dalam bentuk
kegiatan-kegiatan kepramukaan sesuai dengan target program Gerakan Pramuka
pangkalan MTsN Watampone. Seperti pada pelaksanaan persami disetiap kegiatan.
Siswa dituntut mampu mencapai tujuan yang dimaksud dengan teknik tertentu
misalnya. Pembentukan kelompok/regu dan disetiap individunya dibebankan dengan
tugas masing-masing yang dapat melatih siswa tersebut untuk
mempertanggungjawabkan tugas masing-masing. Selain hal itu dalam setiap
kegiatan peserta didik dituntut untuk menyusun manual kegiatan secara rinci
dengan waktunya yang dapat melatih dan mengontrol efisiensi pelaksanaan
kegiatannya.
Pembentukan
regu secara majemuk dengan melihat potensi masing-masing anggota yang
berbeda-beda dalam segala hal dapat melatih siswa untuk membentuk sikap sosial
dan kerja sama tanpa memandang keterbatasan yang dimiliki oleh anggota lainnya
(siswa lainnya). Kemudian dalam setiap kegiatan
siswa diberi tugas dengan berbagai variasi yang dapat melatih
keterampilan dan pengembangan wawasan.[7]
Dari hasil observasi peneliti terhadap latihan
rutin kepramukaan dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan kepramukaan ini
dilakukan pembinaan kerjasama, kemandirian dan tenggang rasa terhadap sesama. Selain itu daari hasil wawancara
peneliti terhadap Pembina pramuka bahwa kegiatan pramuka dapat mengembangkan
setiap potensi dalam diri siswa yang berbeda-beda. Kegiatan yang padat serta
aturan yang ketat dikepramukaan membuat siswa memiliki karakter disiplin dan
mandiri.
3.
Drum Band
Kegiatan seni misalnya drumband
memiliki kemampuan menanamkan karakter yang luar biasa ke dalam diri siswa.
Penanaman karakter ini dapat terjadi karena kegiatan drumband memang cenderung
mengarahkan siswanya menjadi siswa yang disiplin, kompak, bertanggung jawab dan
berani. Dalam kegiatan drumband semua
anggotanya harus disiplin. Hal ini terjadi pada saat latihan. Kalau para anggotanya tidak disiplin, maka tentu
latihan tidak akan terlaksana. Demikian
halnya dengan karja sama jika setiap anggotanya tidak bekerja sama maka
penampilan drum band tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga karakter yang
dikembang dalam drum band adalah kedisiplinan percaya diri dan kerja sama.
Dari
hasil observasi peneliti terhadap latihan rutin drum band, peneliti menarik
kesimpulan bahwa kerja kerasa sengat dibutuhkan dalam diri siswa untuk bisa
menguasai setiap istrimen yang dia pertanggung jawabakan. Selain itu kerja sama
menjadi factor yang sengat penting agar tercipta keselarasan music dan gerakan.
Drum band ini sangan baik dalam melatih karakter kerja keras dan kerja sama
setiap anggotanya.
4.
PMR (Palang
Merah Remaja)
Kegiatan
PMR yang dilakukan di madrasah bertujuan untuk melakukan pelayanan-pelayanan
kesehatan terhadap pasien yang membutuhkan pertolongan, baik dilingkungan
madrasah maupun masyarakat yang ada di sekitar madrasah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Surahman selaku Pembina PMR menjelaskan bahwa:
“tujuan dari pembinaan siswa dalam PMR agar menumbuhkan jiwa kemanusiaan,
sosial, dan kedisiplinan baik dalam kebersihan lingkungan maupun terhadap
keedulian terhadap sesama.”[8]
Pelaksanaan kegiatan PMR tetap mengacu pada kurikulum
dari pendidikan karakter dan harus menguasai tujuh prinsip dari kegiaran PMR
yang di sebut Bulan Sabit Merah Internasional yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesamarataan.[9]
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat
melihat bahwa karakter yang dibina dalam kegiatan ini yaitu disiplin, mandiri,
peduli social dan bergaya hidup sehat. Slah satu contoh dari kerakter yang
dibina tersebut adalah dilakukannya berbagai kegiatan penyuluhan bahaya rokok,
minuman keras dan narkoba terhadap sesama siswa dan kegiatankerja bakti untuk
menciptakan lingkungan sehat.
5.
UKS (Unit
Kesehatan Madrasah)
UKS merupakan unit kesehatan madrasah. Pendidikan karakter
seorang siswa juga bisa dibentuk melalui kegiatan ekstrakurikuler ini. Biasanya
seorang siswa akan merasa menjadi seorang dokter kecil yang akan menolong
teman-temannya. Anggota UKS biasanya akan berdiri terpisah saat upacara dan
akan dengan sigap membantu teman-temannya yang sakit saat upacara. Secara umum tujuan UKS
adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. Karakter yang diharapkan
terbentuk dari UKS adalah sikap disiplin, cintah tana air dan selalu manjaga
kebersihan lingkungan.
Berdasarkan observasi peneliti terhadap ruang UKS dan peserta
ekstrakurikuler UKS maka peneliti menarik kesimpulan bahwa aktifitas yang
dilakukan di UKS tidak terlalu banyak. Selain itu peminat ekstrakurikuler ini
sengat sedikit. Namun pembinaan karakter untuk kepedulian social sangan
diutamakan dalam ekrtakurikuler ini. Pembinaan peduli social dilakukan dalam
bentuk petolongan terhadap siswa yang mengalami luka di cidera pada saat
latihan di kegiatan ekstakurikuler yang lain.
6.
KIR (Karya
Ilmiah Remaja)
Salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti di MTsN Watampone adalah KIR (Kelompok
Ilmiah Remaja). Tujuan dari pelaksanaan KIR menurut St. Marjuni sebagai
pembina ekstakurikuler ini adalah :
“agar siswa menjadi lebih kreatif, utamanya dalam membuat
karya ilmiah.”[10]
Selain itu, di dalam
KIR siswa diajak untuk berpikir ke depan, berkreasi dan memberikan solusi,
inovasi, pengembangan alternatif terhadap suatu permasalahan. Dari permasalahan
tersebut anak didik diharapkan berperan aktif. Dalam KIR ini, karakter yang
coba di kembangkan adalah disiplin, keratif dan mandiri.
Untuk membina karakter pada kegiatan KIR ini penangguang jawab
KIR malakukan hal sebagai berikut:
“Dengan cara
memberi pelatihan-pelatihan dan memberikan tugas-tugas perorangan maupun tugas
berkelompok pada siswa/siswi . Tugas yang diberikan berdasarkan devisi tahunan
yang telah dibuat/diprogramkan. Seperti:
·
Pembuatan
proposal karya ilmiah
·
Pembuatan
artikel
·
Pelatihan-pelatihan
jurnalistik
·
Pelatihan
pembuatan blog”[11]
Dari
hasil observasi peneliti terhadap esktrkurikuler KIR peneliti menyimpulkan
bahwa melalui KIR ini siswa didorong untuk berfikit kreatif dalam memecahkan masalah. Sikap pantang
menyerah dan kerja keras dalam melakukan berbagai percobaan sehingga menghasilkan
karya.
7.
ROHIS (Rohani
Siswa)
Pendidikan
agama perlu diarahkan untuk mengembangkan iman, akhlak, hati nurani nurani,
budi pekerti serta aspek kecerdasan dan keterampilan sehingga terwujud
keseimbangan lahir dan batin. Menurut Arwan selaku pembina ROHIS bahwa tujuan dari
ROHIS adalah:
“untuk membangun karakter anak yang berkhlak mulia, berwawasan luas
utamanya ilmu agama. Selain itu agar anak didik memahami risalah nabi serta
berusaha menghidupkan sunnahnya”[12]
Model
pembinaan karakter pada ROHIS ini dengan membiasakan
mereka shalat berjamaah di masjid khususnya dalam melaksanakan shalat dhuha dan
dhuhur sehingga pada diri siswa terbentuk karakter religius.[13]
Kegiatan rohis ini telah dilakukan di MTsN Watampone
dengan melibatkan siswa dan Pembina setiap hari madrasah secara bergiliran
setiap kelas dari kelas VII-kelas IX yang telah diatur sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan oleh pembina Rohis. Tujuan dari kegiatan ini untuk
menambah pengetahuan Siswa tentang ilmu agama sebagai suatu
kelanjutan dari mata pelajaran di kelas dan menanamkan nilai-nilai religius
dalam diri siswa. Nilai karakter yang di bentuk dalam ROHIS ini adalah
religius, taat kepada Allah swt. Ikhlas dan sabar.[14]
Dari
hasil wawancara dengan Pembina ekstrakurikuer ROHIS peneliti menarik kesimpuln
bahwa kerakter utama yang dikembangkan di ROHIS adalah karakter religius dengan
melakukan pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur secara berjamaah. Sedangkan dari
hasil observasi peneliti tentang kegiatan ROHIS ini peneliti menarik kesimpulan
bahwa kegiatan ROHIS ini telah mendongkrak karakter religius dalam diri siswa.
8.
Olahraga
Karakter
dapat dipelajari dan dibentuk dalam olahraga. Pengalaman yang diperoleh melalui
olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila
lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan karakter.
Karakter-karakter positif diharapkan dapat dan harus dipelajari melalui
olahraga atau aktivitas fisik. Program olahraga dalam semua level dapat
didesain untuk mengembangkan gaya hidup aktif dan karakter
positif. Karakter yang terbentuk dalam olahraga adala Pertama, sikap
sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh
semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi,
saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap
dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan
humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh inisiatif,
kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan diri.
Kegiatan
ekstrakurikuler ini di laksanakan setiap hari minggu dari jam 07.00-17.50
bersama penanggung jawab ekstrakurikuler masing masing. Kegiatan
ekstrakurikuler ini sangat didukung oleh orang tua siswa dengan memberikan
sumbangan secara sukarela untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler.[15]
Pendidikan
karakter harus didukung dengan adanya tenaga pendidikan yang cukup memadai
dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Syarat seorang guru untuk
melaksanakan pendidikan karakter yang utama haruslah pernah ikut dalam
pelatihan maupun seminar pendidikan karakter.
Adapun
guru yang telah mengikuti pelatihan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Pelatihan Pendidikan Karakter yang Diikuti Guru
No
|
Jumlah Pelatihan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
1 kali
|
2
|
8%
|
2
|
2 kali
|
5
|
20%
|
3
|
3 kali
|
9
|
36%
|
4
|
4 kali
|
4
|
16%
|
5
|
5 kali
|
5
|
20%
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
Sumber;
hasil angket guru poin 1
Dari
data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 2 guru (8%) dari jumlah 25 guru yang
di jadikan sampel yang baru mengikuti sekali pelatihan pendidikan karakter. 5
guru (8%). Terdapat 5 guru atau 20% yang telah mengikuti pendidikan karakter
sebanyak 2 kali. 9 guru atau 36% yang telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak
3 kali. 4 guru atau 16% yang telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak 4
kali dan 5 guru atau 20% yang mengikuti pendidikan karakter sebanyak 5 kali. Selain
itu rata-rata guru yang mengikuti pendidikan karakter sebanyak 3 kali
pelatihan.
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa guru-guru di MTsN Watampone telah sangat
memadai dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di madrasah tersebut. Ini
dapat dilihat bahwa rata-rata guru di MTsN Watampone telah mengikuti pendidikan
karakter sebanyak 3 kali.
Selanjutnya
adalah mencantumkan nilai-nilai karakter dalam RPP untuk dapat ditanamkan dalam
diri siswa saat pembelajaran berlangsung. Pencantuman selain bertujan dalam
penanaman karakter dalam pembelajaran juga bertujuan untuk mengukur
ketercapaian karakter yang telah dilakukan .
Tabel 5
Mencantumkan Nilai-nilai Karakter dalam RPP
No
|
Mencantumkan
Nilai-nilai Karakter dalam RPP
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
25
|
100%
|
3
|
Kadang-kadang
|
0
|
0
|
5
|
Tidak pernah
|
0
|
0
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
Sumber;
hasil angket guru poin 2
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 25 atau 100% guru yang selalu mencantumkan nilai-nilai
karakter di dalam RPP yang dia buat yang kemudian di gunakan untuk mengajar dan tidak terdapat guru yang berada dalam kategori kadang-kadang mencantumkan nilai-nilai karakter di dalam
RPP yang dia buat.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa semua
guru telah melakukan salah satu komponen dalam pendidikan karakter dengan
mencantumkan nilai-nilai karakter dalam setiap RPP yang mereka gunaka. Dengan
dicantumkannya nilai-nilai karakter maka proses pembelajaran akan selalu memberi ruang dalam pembinaan karakter di kelas pada setiap mata pelajaran yang di
ajarkan. Sinkronisasi pendidikan karakter
yang menjadi visi dan misi madrasah dapat berjalan dengan baik dengan terwujudx
singkronisasi di dalam kelas.
Pembentukan
karakter dalam pembelajaran sangatlah penting demi terwujudnya pendidikan
karakter. Sehingga perlu prioritas karakter bagi seorang guru dalam
pembelajaran. Pendidikan karakter dalam pembelajaran tidak hanya mencantumkan
pada RPP saja namun harus di biasakan kepada siswa dengan guru sebagai role
modelnya. Pembinaan karakter harus memiliki
keterpaduan dengan pembelajaran dengan semua mata pelajaran, sasaran integrasinya
adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman
belajar para siswa. Dengan demikian proses pembinaan karakter siswa dalam
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Table 6
Karakter Prioritas Guru dalam Pembelajaran
No
|
Karakter
Prioritas Guru dalam Pembelajaran
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Disiplin
|
10
|
40%
|
2
|
Religius
|
2
|
8%
|
3
|
Kejujuran
|
7
|
28%
|
4
|
Bertenggung
Jawab
|
5
|
20%
|
5
|
Cinta Tanah
Air
|
1
|
4%
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
Sumber;
hasil angket guru poin 3
Table 5 di atas memberi informasi tentang karakter yang menjadi
prioritas guru dalam pembelajaran. Terdapat 10 guru atau 40% guru dari 25 guru lebih memprioritaskan karakter
disiplin untuk di tanamkan pada siswa pada setiap pembelajaran yang dilakukan.
2 guru atau 8% guru yang lebih memprioritaskan karakter religious. 7 guru atau
28% guru lebih memprioritaskan karakter kejujuran. 5 guru atau 20% guru lebih
memprioritaskan karakter bertanggung jawab dan hanya terdapat seorang guru atau
4% guru lebih memprioritaskan karakter cintah tanah air dalam setiap
pembelajaran yang guru lakukan.
Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa guru lebih memprioritaskan karakter disiplin dalam
pembelajaran yang guru lakukan. Namun tidak berarti bahwa guru mengabaikan
karakter lain. Penegakan disiplin lebih di prioritaskan di akibatkan oleh
factor eksternal siswa yang tidak terbiasa disiplin dalam kehidupan
bermasyarakat.
Selanjutnya adalah penggunaan media
pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang.
Table 7
Penggunaan Media Pembelajaran Sesuai Dengan Karakter Yang Ingin
Dikembangkang
No
|
Penggunaan
Media Pembelajaran Sesuai Dengan Karakter Yang Ingin Dikembangkang
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
24
|
96%
|
2
|
Kadang-kadang
|
1
|
4%
|
3
|
Tidak pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
Sumber; hasil angket guru poin 4
Table
6 di atas memberi informasi tentang penggunaan media pembelajaran sesuai dengan
karakter yang ingin dikembangkang. Terdapat 24 guru atau 96%
guru dari 25 guru lebih media
pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang untuk di tanamkan
pada siswa pada setiap pembelajaran yang dilakukan. 1 guru atau 4% guru yang
kadang-kadang menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin
dikembangkang. Tidak ada guru yang tidak pernah menggunakan media pembelajaran
sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang.
Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa semua guru telah menggunakan
media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang.
Pengunaan media tersebut telah memberikan penanaman karakter yang baik terhadap
siswa. Selain itu dengan penggunaan media yang baik dapat meningkatkan
partisipasi dan perhatian siswa dalam pembelajaran.
Dengan demikian, pelaksanaan
pembinaan karakter di MTs Watampone Kabupaten Bone telah berjalan dengan sangan baik mulai dari
program yang dilakukan kepala madrasah, program budaya madrasah, program
ekstrakurikuler dan program pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Konsistensi
pelaksanaan pembinaan karakter di MTsN Watampone sudah sangat baik karena telah
dilakukan secara menyeluruh dari komponen yang ada di madrasah. Diharapkan
dengan program-program pembinaan karakter yang dilaksanakan oleh semua pihak
yang ada di madrasah maka karakter yang di harapkan pada siswa dapat tumbuh.
Pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone dilakukan tanpa melalui
paksaan dan kekerasan kepada siswa, namun melalui kelembutan dan penanaman
nilai-nilai islami. Sehingga semua siswa dapat menerima dan melaksanakan setiap
program pembinaan yang di lakukan madrasah.
Karakter siswa yang terbentuk dapat
di analisis pada angket yang telah dibagikan kepada siswa. Angket tersebut
dibagikan untuk mengukur karakter disiplin, religius, kerja keras, peduli
social dan mandiri pada siswa yang
menjadi bagian dari fokus penelitian ini.
Disiplin
adalah
tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Maka dari itu indikator pertama yang menjadi penilaian
dalam mengukur kedisiplinan siswa adalah adatang ke madrasah tepat waktu.
Tabel 8
Datang Ke Madrasah Tepat Waktu
No
|
Datang Ke Madrasah Tepat Waktu
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
20
|
67%
|
2
|
Kadang-kadang
|
10
|
33%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 1
Tabel 8 di atas memberikan
informasi tentang kedatangan
siswa ke madrasah.
Dari tabel 8 dapat di lihat bahwa dari
30 anak yang diberikan angket terdapat 20 siswa atau 67% siswa yang Selalu datang
ke madrasah tepat waktu, atau bisa di katakan bahwa 67% siswa ini tidak pernah
terlambat datang ke madrasah. Terdapat 10 siswa atau 33% siswa kadang-kadang datang tepat waktu ke madrasah atau bisa di katakan
bahwa 33% anak ini pernah terlambat ke madrasah. Terdapat 0% siswa baik yang tidak
pernah datang tepat waktu ke madrasah.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpilan bahwa siswa di
MTsN Watampone pada umumnya telah datang ke madrasah tepat waktu sesuai aturan
yang di berlakukan di madrasah yaitu datang ke madrasah pukul 07.00 Wita.
Perilaku anak yang tepat waktu datang ke madrasah merupakan pembiasaan yang
telah di lakukan oleh pihak madrasah untuk menanamkan karakter disimplin. Siswa yang telat datang ke sekolah akan memperoleh bimbingan khusus
dari guru yang piket pada hari itu dengan memberikan nasehat, hukuman ataupun
memulangkan siswa yang sudah sering terlambat. Selain itu, memberikan contoh
yang baik juga penting dalam pembinaan karakter disiplin siswa dimana guru dan
pegawai sekolah juga wajib datang tepat waktu. Selain itu, dengan datangnya siswa tepat waktu
ke madrasah maka semua aktifitas yang di programkan madrasah sepanjang hari itu
dapat berjalan dengan baik.
Memakai kelengkapan seragam madrasah setiap hari adalah
salah satu tindakan disiplin siswa. Atribut kelengkapan siswa telah sebagaimana
yang tercantum dalam tata tertib siswa harus dikenakan setiap hari. Berikut ini
adalah hasil angket untuk mengukur siswa yang memakai kelengkapan dari seragam madrasah
yang siswa kenakan.
Tabel 9
Memakai Kelengkapan Seragam Madrasah
No
|
Memakai Kelengkapan Seragam Madrasah
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
19
|
63%
|
2
|
Kadang-kadang
|
11
|
37%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 2
Tabel 9 di atas memberikan informasi tentang kelengkapan
seragam siswa. Dari tabel 9 dapat
dilihat bahwa dari 30 anak yang diberikan angket tentang kelengkapan
seragam madrasah seperti dalam tata
tertib terdapat 19 siswa atau 63% siswa telah memakai kelengkapan seragam madrasah
setiap hari sesuai tata tertib yang berlaku di madrasah tersebut. Terdapat 11
siswa atau 37% siswa yang kadang-kadang memakai
kelengkapan seragam madrasah.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpilan bahwa siswa di
MTsN Watampone telah memakai kelengkapan seragam madrasah sesuai dengan tata
tertib yang berlaku. Kelengkapan
seragam madrasah yang dimaksud adalah memakai seragam sekolahn sesuai aturan
tata tertib yang berlaku seperti warna baju, dan ukuran baju yang tidak boleh
jangkis dan lambang lokasi harus ada. Melengkapi diri dengan kelengkapan madrasah
sangat penting untuk menunjukkan identitas peserta dimana dia bermadrasah.
Kelengkapan seragam madrasah juga berguna untuk memperlihatkan keseragaman
pakaian siswa sehingga siswa lebih kelihatan rapi.
Masuk ke kelas tepat waktu adalah bagian dari penegakan
disiplin siswa. Siswa yang tepat eaktu masuk kelas menandakan bahwa siswa
tersebut telah siap secara fisik dan mental untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apabila siswa tepat masuk ke kelas maka saat itu juga pembelajaran
dapat dengan langsung dilaksanakan. Siswa yang terlambat masuk kekelas dapan
mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini adalah hasil
angket tentang ketepatan siswa masuk ke kelas, antara lain.
Tabel 10
Masuk Ke Kelas Tepat Waktu
No
|
Masuk Ke Kelas Tepat Waktu
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
17
|
57%
|
2
|
Kadang-kadang
|
13
|
43%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 3
Tabel 10 di atas
memberikan informasi tentang ketepatan
siswa masuk ke kelas. Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 30 anak yang diberikan angket tentang masuk ke kelas tepat waktu
terdapat 17 siswa atau 57% siswa Selalu masuk ke kelas tepat waktu. siswa yang selalu tepat waktu masuk ke kelas atau tidak
pernah terlambat masuk ke kelas menunjukkan siswa tersebut telah siap untuk
menerima pelajaran. Selanjutnya terdapat 13 siswa atau 43% siswa yang kadang-kadang
masuk ke kelas tepat waktu, atau dapat dikatakan bahwa 43% siswa tersebut pernah terlambat masuk ke
kelas untuk menerima pelajaran. Kesiapan siswa menerima pelajaran secara fisik
dan psikis dapat terlihat dari kedisiplinan siswa masuk ke kelas tepat waktu.
Dari data di atas dapat di
simpilkan bahwa siswa di MTsN Watampone sangat disiplin masuk ke kelas dengan
presentase 57% siswa berada pada taraf sangat disiplin masuk ke kelas tepat waktu. Masuk kelas tepat waktu bertujuan agar siswa dan guru bisa memanfaatkan
waktu secara maksimal untuk belajar mengajar.
Perilaku disiplin dapat di tunjukan
dengan perilaku siswa di madrasah, salah satunya adalah mengumpulkan tugas
tepat waktu. Berikut ini adalah hasil angket tentang siswa yang mengumpulkan
tugas tepat waktu.
Tabel 11
Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu
No
|
Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
10
|
33%
|
2
|
Kadang-kadang
|
20
|
67%
|
5
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 4
Tabel 11 di atas memberikan informasi tentang ketepatan siswa mengumpulkan tugas. Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 30 anak yang
diberikan angket tentang mengumpukan
tugas tepat waktu, terdapat 10 siswa atau 33% siswa yang selalu mengumpulkan
tugas tepat waktu. Dan terdapat 26 siswa atau 67% siswa kadang-kadang
mengumpulkan tugas tepat waktu dan terdapat 0% siswa baik yang tidak pernah mengumpulkan tugas tepat waktu.
Dari data di atas dapat di simpilkan bahwa siswa di MTsN
Watampone sudah disiplin
dalam mengumpulkan tugas tepat waktu. Dengan presentase siswa yang selalu
mengumpulkan tugas tepat waktu adalah 13% namun presentasenya masih kecil
dibandingkan dengan presentase siswa yang kadang-kadang mengumpulkan tugas
sebanyak 80%. Namun dari data di atas pula dapat dilihat bahwa tidak ada siswa
yang tidak mengumpulkan tugas dari guru. Mengerjakan tugas adalah salah satu
bukti keseriusan siswa dalam belajar. Selain itu siswa yang mengumpulkan tugas
sudah memiliki karakter disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini cukap baik bagi
stabilitas pembelajaran di kelas. Tuntasnya suatu pembelajaran bisa terbantu
dengan pemberian tugas oleh guru, sehingga keberlanjutan dan ketercapaian indikator
pembelajaran bisa sangat berlangsung dengan baik.
Meninggalkan
madrasah sebelum jam pulang(bolos) adalah sebuah perilaku yang dapat di temui
pada setiap madrasah. Tindakan membolos adalah pelanggaran indisiplin dari
siswa. Siswa yang membolos menunjukkan karakter yang tidak disiolin dan tidak
bertanggung jawab. Berikut ini adalah hasil angket tentang kegiatan membolos
yang dilakukan siswa.
Tabel 12
Meninggalkan
Madrasah Sebelum Jam Pulang (Bolos)
No
|
Meninggalkan Madrasah
Sebelum Jam Pulang (Bolos)
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
0
|
0%
|
2
|
Kadang-kadang
|
5
|
17%
|
3
|
Tidak Pernah
|
25
|
83%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 5
Tabel 12 di atas memberikan
informasi tentang meninggalkan madrasah
sebelum jam pulang (bolos). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30
siswa yang diberi angket terdapat 25 siswa atau 83% siswa tidak pernah
melakukan tindakan meninggalkan madrasah
sebelum jam pulang (bolos). Terdapat 5 siswa atau 17% siswa yang kadang-kadang
membolos. Dan tidak terdapat siswa atau 0% siswa yang selalu meninggalkan madrasah
sebelum jam pulang (bolos).
Dari data di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa siswa yang bermadrasah di MTsN Watampone terdapat 83% siswa yang tidak pernah membolos. Tindakan
tidak membolos adalah sebuah karakter disiplin yang sudah tertanam pada diri
siswa di MTsN Watampone. Siswa yang membolos akan meninggalkan pembelajaran
yang sedang berlangsung, hal ini membuat siswa yang membolos akan mengakibatkan
randanya ketercapaian kompotensi yang diharapkan.
Terdapat 5 indikator yang digunakan
untuk mengukur karakter disiplin siswa. Kelima indikatot tersebut menunjukkan
hal yang positif terhadap karakter disiplin siswa. Berikut ini adalah diagram
karakter disiplin siswa.
Poin 1 = Datang kemadrasah tepat waktu
Poin 2 = Memakai kelengkapan seragam madrasah
Poin 3 = Masuk ke kelas tepat waktu
Poin 4 = Mengerjakan tugas tepat waktu
Poin 5 = Meninggalkan madrasah
sebelum jam pulang (bolos)
Kesimpulan dari kelima indikator
disiplin di atas bahwa pembinaan karakter disiplin di MTsN watampone sudah
sangat baik. Dari kelima indicator di atas jika di rata-ratakan makan akan
diperoleh 61% siswa memiliki kakakter disiplin yang sangat kuat dan sudah
membudaya, sedangkan untuk siswa yang baru menumbuhkan karakter disiplin dalam
dirinya terdapar 39%. Kemudian tidak terdapat siswa yang memiliki karakter
tidak disiplin. Siswa yang sudah terbiasa disiplin dipengaruhi dari beberapa
faktor diantaranya adalah pembiasaan disiplin yang dilakukan oleh madrasah
dengan member nasehat kepada siswa yang telat datang ke madrasah. Penjagaan
sekolah yang cukup ketat sehingga siswa yang ingin bolos barfikir ulang untuk
melaksanakan aksinya. Selain itu terdapat pula pembiasaan disiplin yang
dilakukan pada setiap program ekstrakurikuler.
Selain data di atas karakter disiplin yang baik tersebut
dapat terlihat dari tingginya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mulai
dari jam kedatangan siswa, kelengkapan seragam, mengumpulkan tugas yang
memiliki nilai presentase yang sangat tinggi. Selain itu, rendahnya siswa yang
melakukan pelanggaran indisiplener membuat peneliti menarik kesimpulan bahwa
karakter di siplin sudah sangat baik. Karakter disiplin menjadi salah satu
karakter pokok dalam pemdidikan karakter.
Oteng Sutisna menjelaskan, Disiplin merupakan aspek esensial
bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Dalam arti, disiplin itu
merupakan aspek yang penting atau urgen. Manfaat perilaku disiplin adalah sebagai berikut:
1.
Disiplin Mengatur dan Mengarahkan pada Pencapaian
Tujuan Belajar
2.
Disiplin Merupakan Asas dalam Cara Belajar
3.
Disiplin Membentuk Keteraturan
Selanjutnya adalah hasil analisis angket
tentang karakter religius pada siswa MTsN Watampone. Karakter leligius adalah
salah satu karakter yang menjadi prioritas dalam pembinaan karakter yang
dilakukan oleh MTsN Watampone. Hal ini dikarenakan bahwa MTsN Watampone adalah
lembaga pendidikan yang bernafaskan islam, sehingga semua aspek yang berada di
madrasah ini harus memiliki nilai-nilai religius. Dalam perkembangannya pula,
madrasah ini melaksanakan program-program pembinaan karakter religius mulai
dari mata pelajaran yang di dominasi dengan mata pelajran yang islami serta
kegiatan ekstrakurikuler yang mengedepankan karakter religius terutama
ekrtakurikuler ROHIS (rohani siswa).
Tabel 13
Melaksanakan Sholat 5 Waktu
No
|
Melaksanakan Sholat 5 Waktu
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
26
|
86%
|
2
|
Kadang-kadang
|
4
|
14%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 6
Tabel
12 di atas memberikan informasi tentang melaksanakan sholat 5 waktu. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa yang diberi
angket terdapat 26 siswa atau 86% siswa yang selalu melaksanakan sholat 5 waktu atau tidak
pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Terdapat 4
siswa atau 14% siswa yang kadang-kadang melaksanakan sholat 5 waktu atau pernah
meninggalkan sholat 5 waktu. Terdapat 0% siswa tidak pernah malaksanakan sholat 5 waktu.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa
MTsN Watampone sudah cukup baik dalam pengamalan
nilai-nilai islami terutama sholat 5 waktu. Nilai-nilai islami inilah yang akan
membentuk karakter religius. Namun masih terdapat 14% siswa yang hanya
kadang-kadang melaksanakan sholat 5 waktu tersebut. Tentu hal ini harus menjadi
perhatian yang serius dari pihak madrasah maupun pihak orang tua agar dapat
meningkatkan sholat 5 waktu siswa. Pelaksanaan sholat 5 waktu yang terlaksana dengan baik oleh siswa
tidak lepas dari penanaman karakter religius dari guru MTsN Watampone. Selain
itu pengawasan pelaksanaan sholat di lakukan oleh guru baik di sekolah dengan
cara sholat dzuhur berjamaah maupun di rumah dengan mengkominikasikan aktifitas
sholat siswa dengan orang tua.
Mengucapkan salam ketika memasuki
suatu ruangan adalah salah satu kebiasaan yang baik. Karakter religious yang telah
tumbuh dalam diri siswa akan mengakibatkan setiap perkataan dan perbuatan akan
selalu berada dalam koridor agama. Berikut ini adalah hasil angket tentang
mengucapkan salam ketika memasuki kelas atau rumah.
Tabel 14
Mengucapkan Salam
Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
No
|
Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
22
|
73%
|
2
|
Kadang-kadang
|
8
|
27%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 7
Dari tabel 14 di atas dapat terlihat
bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang kebiasaan mengucapkan salam
ketika masuk kelas atau rumah. Dari data tersebut terdapat 22 siswa atau 73%
siswa yang selalu mengucapkan salam ketika memasuki kelas atau rumah. Terdapat
8 siswa atau 27% siswa yang kadang-kadang mengucapkan salam ketika masuk kelas
atau rumah. Terdapat 0% siswa yang tidak pernah mengucapkan salam ketika masuk
ke kelas atau rumah.
Dari data di atas dapat ditarik
kesimpulan siswa MTsN Watampone sudah terbiasa mengucapkan salam sebelum
memasuki kelas atau rumah. Hal ini dapat terlihat dengan tingginya presentase
siswa yang selalu mengucapkan salam 73% siswa sudah terbiasa mengucapkan salam.
Namun masih terdapat 27% siswa yang masih belum terbiasa mengucapkan salam
sebelum masuk ke kelas atau rumah. 27% siswa tersebut harus lebih memperoleh
bimbngan karakter dari madrasah.
Siswa yang terbiasa mengucapkan salam sebelum masuk kekelas merupakan penanaman
karakter yang telah dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan member
contoh kepada siswa. Guru yang hendak masuk ke kelas untuk mengajar selalu
mengucapkan salam terlebih dahulu.
Merayakan hari besar
keagamaan menjadi salah satu faktor pembentuk karakter religius. Dengan
merayakan hari besar keagaman tersebut siswa akan lebih mencintai agamanya.
Hari besar keagamaan yang dimaksud adalah idhul fitri, idhul adha dan
lain-lain. Berikut ini adalah hasil angket tentang merayakan hari besar
keagamaan.
Tabel 15
Merayakan Hari
Besar Keagamaan
No
|
Merayakan Hari Besar Keagamaan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
26
|
87%
|
2
|
Kadang-kadang
|
4
|
13%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 8
Dari tabel 15 di atas dapat
terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang merayakan hari besar keagamaan, terdapat 26 siswa atau 87% siswa yang Selalu merayakan hari besar
keagamaan. hanya terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang kadang-kadang merayakan
hari besar keagamaan. Terdapat 0% siswa yang jarang bahkan tidak
pernah merayakan hari besar keagamaan. Hari besar keagamaan yang dimaksud adalah merayakan iduh fitri,
idul adha, maulid dan pergantian tahun baru hijriah.
Dari data diatas dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone telah terbiasa untuk
merayakan hari besar keagamaan.. Hal ini dapat terlihat dari tingginya
presentase siswa yang merayakan hari besar hari keagamaan. Dengan ikut
merayakan hari-hari besar keagamaan seperti hari qurban maka karakter
kepedulian sosial, karakter mencintai sesama dan karakter cinta akan agama yang
dianut (religius) akan tumbuh dalam diri siswa.
Toleransi dalam beragama
adalah sebuah komponen yang sangat penting dalam keharmonisan antar umat beragama.
Dalam islam sendiri toleransi dalam beragama telah dicontohkan oleh Rasulullah
Saw. di Madinah dengan agama nasrani ketika itu. Berikut ini adalah hasil
angket tentang sikap toleransi beragama.
Tabel 16
Menghargai
Keberagaman Agama, Suku dan Ras
No
|
Menghargai Keberagaman Agama, Suku dan Ras
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
24
|
80%
|
2
|
Kadang-kadang
|
6
|
20%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 9
Dari tabel 16 di atas dapat
terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menghargai keberagaman agama, suku dan ras, terdapat 24 siswa atau 80% siswa yang selalu menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Kemudian terdapat 6 siswa atau 20% siswa yang kadang-kadang menghargai keberagaman agama, suku dan
ras. Terdapat 0% siswa yang tidak pernah menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Menghargai
keberagaman agama, suku dan ras adalah salah satu sikap toleransi di lingkungan
sekolah, rumah maupun masyarakat. Sikap toleransi perupakan komponen yang
sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN
Watampone sudah sangat menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Sikap menghargai keberagaman agama, suku dan ras ini ditandai dengan tingginya presentase
siswa yang selalu menghargai keberagaman agama, suku dan
ras. Namun dari
data di atas masih terdapat siswa yang
kadang-kadang menghargai keberagaman agama, suku dan
ras. Sikap menghargai
keberagaman agama, suku dan ras merupakan salah satu komponen karakter religius
yang patut dibiasakan pada diri siswa. Dalam hubungannya dengan
orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat islam bertindak
baik dan bertindak adil. Selama tidak bertindak aniaya terhadap umat Islam,
maka tidak ada alasan utuk memusuhi apalagi memerangi mereka.
Sikap selanjutnya yang
dinilai dalam melihat karakter religius adalah menjenguk teman yang sakit.
Sikap ini tentunya bermanfaat bagi orang yang sakit karena memperoleh suntukan
semangat, serta bermanfaat juga bagi siswa yang menjenguk karena mengigatkan
diri kepada Allah Swt. berikut ini hasil analisis angket tentang kebiasaan
siswa menjenguk teman yang sakit.
Tabel 17
Menjenguk Teman
Yang Sakit
No
|
Menjenguk Teman Yang Sakit
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
12
|
40%
|
2
|
Kadang-kadang
|
14
|
47%
|
3
|
Tidak Pernah
|
4
|
13%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 10
Dari tabel 17 di atas dapat
terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menjenguk teman yang sakit terdapat 12 siswa atau 40% siswa yang selalu
mengunjungi teman yang sakit. Sedangkan untuk
kategori kadang-kadang mengunjungin teman yang sakit terdapat 14 siswa atau 47% siswa, terakhir terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang
tidak pernah mengunjungi teman yang sakit.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa di MTsN
Watampone sudah mulai terbiasa untuk menjenguk teman yang sakit. Ini dapat
terlihat dari angka 40% siswa yang Selalu mengunjungi teman yang sakit. Namun
masih terdpat 47 % yang kadang kadang mengunjungi teman yang
sakit. Dari data ini dapat dilihat
bahwa solidaritas
antar siswa dengan mengunjungi teman yang sakit tergolong
tinggi walaupun siswa yang bermadrasah di MTsN Watampone berasal dari beberapa kecamatan
yang jaraknya berjauhan namun siswa
masih saling memperhatikan teman yang sakit.
Terdapat
5 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter religius
siswa. Kelima indikatot tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter
religius siswa.
Berikut ini adalah diagram indikator karakter
religius siswa.
Poin 6 = Melaksanakan Sholat 5 Waktu
Poin 7 = Mengucapkan Salam
Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
Poin 8 = Merayakan Hari
Besar Keagamaan
Poin 9 = Menghargai Keberagaman Agama, Suku dan Ras
Poin 10 = Menjenguk
Teman Yang Sakit
Kesimpulan dari kelima indikator religius di
atas bahwa pembinaan karakter religius di MTsN Watampone
sudah sangat baik. Itu dapat terlihat dari rata-rata karakter religius di atas terdapat 73,3% siswa berada di kategori sudah sangat baik dalam karakter religius, 24% siswa berada di kategori kadang-kadang
baik (masih butuh bimbingan) dalam karakter religius, dan
terdapat 2,7 % siswa berada dalam kategori kurang religius. Siswa yang kurang religius ini
masih tetap mendapat pembinaan oleh kepala sekolah, guru dan Pembina
ekstrakurikuler. Pembinaan karakter religius yang baik di MTsN Watampone telah
menghasilkan siswa-siswa yang memiliki pemahaman agama yang baik dan memiliki
akhlah yang baik. Walaupun masih terdapat golongan kecil siswa yang masih
memiliki karakter religius yang belum tertanam dan belum terbiasa dengan
aktifitas religius.
Penilain Karakter religius dilakukan juga dengan melihat
aktifitas siswa di madrasah yang sudah sangat baik. Di jam awal madrasah siswa
di suguhi dengan siraman rohani dari ekstrakurikuler Rohis. Kemudian berlanjut dengan penanaman
karakter religius dalam pembelajaran dimana sebelum pemulai pembelajaran selalu
dilakukan doa bersama kemudian dilanjutkan dengan penyampaian pesan inspiratif
oleh guru pada semua mata pelajaran. Diakhir pelajaran selalu ditanamkan
nilai-nilai lokal masyarakat bugis oleh guru yang mengajar. Jadi, secara
keseluruhan pembinaan karakter di MTsN watampone sudah berjalan dengan baik dan
menghasilkan karakter siswa yang cukup baik.
Selanjutnya adalah hasil analisis angket
tentang karakter peduli
sosial pada siswa MTsN Watampone. Karakter peduli sosial adalah salah satu karakter yang menjadi
prioritas dalam pembinaan karakter yang dilakukan oleh MTsN Watampone. Karakter peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan. Karakter peduli sosial harus ditanamkan
pada diri siswa. Saat ini dapat kita perhatikan
rendahnya karakter peduli sosial dalam masyarakat, itu dapat dilihat
dari rendahnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
kerja bakti. Selain itu terjadi peningkatan tentang kepedulian mayarakat
membuang sampah sembarang tempat dan melemahnya control masyarakat pada
generasi muda. Karakter peduli social di MTsN Watampone telah dibina sejak lama dengan berbagi kegiatan di antaranya bakti social anggota osis maupun kerja bakti yang
dilakukan di sekitar madrasah. Berikut ini adalah analisis hasil angket tentang
peduli sosial.
Tabel
18
Memberi
Bantuan Kepada Orang Yang Meminta Tolong
No
|
Memberi Bantuan Kepada Orang Yang
Meminta Tolong
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
29
|
97%
|
2
|
Kadang-kadang
|
1
|
3%
|
3
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 11
Dari tabel 18 di atas dapat terlihat
bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang memberi
bantuan kepada orang yang meminta tolong terdapat 29
siswa atau 97%
siswa yang selalu
memberi bantuan kepada
orang yang meminta tolong.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang memberi bantuan kepada
orang yang meminta tolong
terdapat 1 siswa atau 3% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa yang berada dalam
kategori tidak pernah memberi
bantuan kepada orang yang meminta tolong.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dan sangat terbiasa dalam hal memberi
bantuan kepada orang yang meminta tolong. Dengan membantu orang yang meminta
tolong telah membuat siswa di madrasah tersebut peduli akan keadaan orang lain
di lingkungannya. Sikap tolong menolong ini terus di pertahankan oleh pihak
madrasah dengan mengadakan berbagai kegiatan di sekolah maupun langsung di
masyarakat contohnya dengan melakukan kunjungan dan member bantuak ke panti
asuhan.
Tabel
19
Menawarkan
Bantuan Lebih Dahulu Kepada Orang yang Dirasa Membutuhkan Pertolongan
No
|
Menawarkan Bantuan Lebih Dahulu Kepada
Orang yang Dirasa Membutuhkan Pertolongan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
22
|
73%
|
2
|
Kadang-kadang
|
8
|
27%
|
5
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 12
Dari tabel 19 di atas dapat terlihat
bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menawarkan
bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan terdapat 22 siswa atau 73% siswa yang selalu menawarkan bantuan lebih dahulu
kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menawarkan
bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan terdapat 8 siswa atau 27% siswa. Kemudian terdapat 0 siswa atau 0% siswa yang tidak pernah menawarkan
bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan.
Dari data di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dalam hal menawarkan
bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan. Dengan
menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan maka siswa
tersebut sudah sadar akan deadaan di sekitarnya.
Tabel
20
Menyingkirkan
Gangguan Di Jalan
No
|
Menyingkirkan Gangguan Di Jalan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
11
|
37%
|
2
|
Kadang-kadang
|
18
|
60%
|
5
|
Tidak Pernah
|
1
|
3%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 13
Dari tabel 20 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menyingkirkan gangguan di jalan terdapat 11 siswa atau 37% siswa yang selalu menyingkirkan gangguan di jalan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menyingkirkan
gangguan di jalan terdapat 18 siswa atau 60% siswa. Kemudian terdapat 1 orang siswa
atau 3% siswa yang tidak pernah menyingkirkan gangguan di jalan.
Dari data diatas dapat
di simpulkan bahwa sebagian besar siswa di MTsN Watampone sudah terbiasa
menyinkitkan gangguan di jalan dengan tujuan menghindari musibah pada diri
sendiri dan orang lain. Kebiasaan siswa yang baik ini diperoleh dari kegiatan
ektrakurikuler terutama ektrakurikuler pramukan dan PMR.
Tabel
21
Ikut
dalam Kegiatan Kerja Bakti Di Sekitar Rumah
No
|
Ikut dalam Kegiatan Kerja Bakti Di
Sekitar Rumah
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
21
|
70%
|
2
|
Kadang-kadang
|
8
|
27%
|
5
|
Tidak Pernah
|
1
|
3%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 14
Dari tabel 21 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang ikut dalam kegiatan kerja bakti di
sekitar rumah terdapat 21 siswa atau 70% siswa yang selalu ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar
rumah. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang
ikut
dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah terdapat 8 siswa atau 27% siswa. dan hanya terdapat 1 orang siswa
atau 3% siswa yang tidak pernah ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar
rumah.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone peduli terhadap lingkungan dengan
cara mengikuti kegiatan kerja bakti yang dilakukan di sekitar rumah mereka.
Partisipasi aktif siswa dalam kegiatan kerja bakti yang dilakukan di madrasah
maupun di sekitar rumah merupakan hasil dari pembinaan karakter yang dilakukan
oleh orang tua siswa dan juga madrasah terutama pada kegiatan pramuka, OSIS,
pramuka dan UKS.
Terdapat 4 indikator
yang digunakan untuk mengukur karakter peduli sosial siswa. Keempat indikator tersebut menunjukkan
hal yang positif terhadap karakter peduli sosial siswa. Berikut ini adalah
diagram karakter peduli sosial siswa.
Poin
11 = memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong
Poin
12 = menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan
pertolongan
Poin
13 = menyingkirkan gangguan di jalan
Poin
14 = ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah
Kesimpulan dari keempat
indikator peduli
sosial di atas bahwa pembinaan karakter peduli sosial di MTsN watampone sudah
sangat baik. Karakter peduli
sosial yang baik tersebut dapat
terlihat dari tingginya
kepedulian siswa terhadap orang lain dan lingkungan sekitar siswa. Rata-rata
siswa yang telah memiliki karakter peduli social yang sangat baik adalah 69%
dari jumlah keseluruhan siswa. Kemudian terdapat 29% siswa yang memiliki
karakter peduli social dalam kategori cukup atau masih belum terbiasa untuk
peduli dengan lingkungan social. Dan terdapat 2% siswa yang kurang peduli dengan lingkungan social. Kepedulian
social sangat penting karena manusia tidak hidup sendiri. Dengan sikap peduli
social siswa baik terhadap orang lain maupun lingkungan maka akan tercipta
habungan dengan sesame manusia yang baik. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan
sangat baik pula. Sikap peduli terhadap lingkungan yang dilakukan dengan
melakukan kerja bakti untuk membersingkan lingkungan akan mewujudkan lingkungan
hidup yang sehat.
Hasil analisis angket
yang selanjutnya akan dianalisis adalah karakter kerja keras pada diri siswa.
Karakter kerja keras adalah perilaku yang
menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja kelas
menjadi salah satu pendorong keberhasilan siswa dalam belajar. Karakter kerja
kelas telah dibina oleh MTsN Watampone sejak lama dalam berbagai jenis kegiatan
ekstrakurikuler.
Tabel
22
Berusaha
Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru
No
|
Berusaha Mengerjakan Tugas Yang
Diberikan Guru
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
28
|
93%
|
2
|
Kadang-kadang
|
2
|
7%
|
5
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 15
Dari tabel 22 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang berusaha mengerjakan tugas yang
diberikan guru terdapat 28 siswa atau 93% siswa yang selalu sekali berusaha mengerjakan
tugas yang diberikan guru.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang berusaha mengerjakan
tugas yang diberikan guru
terdapat 2
siswa atau 7%
siswa. Tidak
terdapat siswa yang tidak pernah berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Dari data di
atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dalam berusaha
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Semangat yang pantang menyerah dalam
menyelesaikan tugas dari guru sangat mendukung dalam ketercapaian kompetensi
dan pembentukan karakter siswa. Selalu berusaha mengerjakan tugas yang
diberikan guru adalah salah satu komponen dalam karakter kerja keras yang
selalu dibina. Pembinaan karakter ini banyak dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas oleh setiap guru dan kegiatan ekstrkurikuler terutama
ekstrkurikuler olah raga, karya ilmiah remaja, dan drum band.
Tabel
23
Bertanya Pada
Guru/Teman Apa Bila Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
No
|
Bertanya Pada Guru/Teman Apa Bila
Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
25
|
84%
|
2
|
Kadang-kadang
|
5
|
16%
|
5
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber; hasil angket siswa
poin 16
Dari tabel 23 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang bertanya pada guru/teman apa bila
terdapat pelajaran yang tidak dipahami terdapat 25
siswa atau 84%
siswa yang selalu
sekali bertanya
pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang bertanya
pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami terdapat 5 siswa atau 16% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa
yang tidak pernah bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang
tidak dipahami.
Dari data angket di
atas dapat disimpulkan bahwa siswa sangat semangat untuk mengetahui setiap
pelajaran yang dioberikan oleh guru. Hal ini dapat terlihat dari tingginya
siswa yang kadang-kadang bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran
yang tidak dipahami. Setiap siswa mempunyuai kempuan menangkap pelajaran yang
berbeda oleh kerena itu bertanya pada guru atau teman pada pelajaran yang belum
di pahami sangatlah penting. Dengan demikian dari indicator ini dapat dikatakan
bahwa siswa di MTsN Watampone mempunyai karakter kerja keras yang dibina dalam
berbegai kegiatan di madrasah baik dari ekstrakurikuler, pembelajaran maupun
budaya madrasah.
Tabel
24
Menunda
Mengerjakan Tugas
No
|
Menunda Mengerjakan Tugas
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
1
|
3%
|
2
|
Kadang-kadang
|
25
|
84%
|
5
|
Tidak Pernah
|
4
|
13%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 17
Dari tabel 24 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menunda mengerjakan tugas terdapat 1 siswa atau 3% siswa yang selalu meninggalkan tugas yang tidak bisa
diselesaikan.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menunda
mengerjakan tugas terdapat
25 siswa atau 84% siswa. Kemudian terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang tidak pernah menunda mengerjakan tugas.
Dari data tersebut di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone memiliki semangat
untuk menyeselaikan tugas yang sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dari
banyaknya siswa yang kadang-kadang meninggalkan tugas atau tdk mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
Tabel
25
Mengeluh
Apabila Memperoleh Tugas Dari Guru
No
|
Mengeluh Apabila Memperoleh Tugas Dari
Guru
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
4
|
13%
|
2
|
Kadang-kadang
|
24
|
80%
|
5
|
Tidak Pernah
|
2
|
7%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 18
Dari tabel 25 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang mengeluh apabila memperoleh tugas dari
guru terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang selalu mengeluh apabila memperoleh tugas
dari guru.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang mengeluh
apabila memperoleh tugas dari guru terdapat 24 siswa atau 80% siswa. Kemudian terdapat 2 siswa atau 7% siswa yang mengeluh apabila memperoleh
tugas dari guru.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa karakter kerja keras dalam diri siswa MTsN Watampone
khususnya pada indikator menyerah pada keadaan sedikit rendah. Ini dapat
terlihat terdapatnya 70% siswa yang kadang-kadang menyerah pada keadaan yang
dia hadapi. Menyerah terhadap masalah yang dihadapi memang kadang-kadang
menghampiri setiap manusia.
Terdapat 4 indikator
yang digunakan untuk mengukur karakter peduli sosial siswa. Keempat indikator tersebut menunjukkan
hal yang positif terhadap karakter peduli sosial siswa. Berikut ini adalah
diagram karakter peduli sosial siswa.
Keterangan:
Poin 15 = Berusaha Mengerjakan Tugas Yang
Diberikan Guru
Poin
16 = Bertanya Pada Guru/Teman Apa Bila Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
Poin
17 = Menunda Mengerjakan Tugas
Poin
18 = Mengeluh Apabila Memperoleh Tugas
Dari Guru
Kesimpulan dari keempat
indikator kerja keras
di atas bahwa pembinaan karakter kerja keras di MTsN watampone sudah sangat
baik. Karakter kerja
keras yang baik tersebut dapat
terlihat dari tingginya
semangat bekerja siswa terhadap dalam
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dari data di atas,
rata-rata siswa yang terbiasa bekerja keras adalah 52%. Siswa tang masih kadang-kadang bekerja
keras dalam menyelesaikan tugas dari guru adalah 46%, sisanya adalah siswa yang
belum tertanam karakter kerja keras adalah 2%. Keberhasilan dari pembinaan
karakter kerja keras tersebut tidak lepas dari berbagai aspek dari sekolah
diantaranya dari aspek guru yang selalu memotivasi siswa untuk bekerja keras
dan pantang menyerah menghadapi ujian serta kegiatan pembelajarang yang di
rancang oleh guru sangat mendukung penanaman karakter kerja keras dalam diri
siswa. Faktor lain adalah kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut suswa untuk
selalu bekerja keras diantaranya ekstakurikuler olahraga yang selalu menuntun
untuk bekerja keras dalam latihan dan ekskul karya ilmiah remaja yang menuntut
siswa untuk tidak menyerah untuk memecahkan masalah dan melakukan percobaan.
Dan factor yang terakhir adalah bidaya madrasah yang di bangun oleh pengelolah
mdrasah dimana dalam segala aktifitas di madrasa tersebut dilakukan pantang
menyerah. Yang terakhir adalah contoh kerja keras dari guru telah mengispirasi
siswa untuk tetap berusaha dan bekerja keras.
Karakter selanjutnya yang akan dianalisis adalah karakter mandiri.
Karakter mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Karkter mandiri menjadi penting untuk diteliti karena berdasarkan
pengamatan peneliti di berbagai madrasah
bahwa dalam mengerjakan tugas, banyak
siswa hanya meniru tugas temanya. Selain itu terdapat banyak siswa yang mencontek
saat ujian. Sikap bergantung pada orang lain dalam mengerjakan tugas
mengakibatkan berkurangknya karakter mandiri dalam diri siswa.
Tabel
26
Meminta
Tolong Pada Setiap Pekerjaan/Tugas
No
|
Meminta Tolong Pada Setiap Pekerjaan/tugas
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
10
|
33%
|
2
|
Kadang-kadang
|
14
|
47%
|
5
|
Tidak Pernah
|
6
|
20%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 19
Dari tabel 26 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang meminta tolong pada setiap pekerjaan/tugas terdapat 10 siswa atau 53% siswa yang selalu meminta tolong pada setiap
pekerjaan/tugas.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang meminta
tolong pada setiap pekerjaan/tugas terdapat 14 siswa atau 47% siswa. Kemudian terdapat 6 siswa
atau 20% tidak pernah meminta tolong
pada setiap pekerjaan/tugas.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone dalam karakter mandiri khususnya
indicator tentang mengerjakan tugas secara mandiri sebagian besar siswa sudah
belum mengerjakan tugas secara mandiri. Hal ini dapat dilihat dari 33% siswa
yang masih berada pada kategori selalu meminta tolong ketika diberi tugas oleh
guru. dan terdapat 47% siswa yang mulai bisa mengerjakan tugas secara mandiri.
Hanya terdapat 20% siswa yang lelalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
secara mandiri
Tabel
27
Mencontek
Saat Ada Tugas dan Ujian
No
|
Mencontek Saat Ada Tugas dan Ujian
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
1
|
3%
|
2
|
Kadang-kadang
|
16
|
53%
|
5
|
Tidak Pernah
|
13
|
44%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 20
Dari tabel 27 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang mencontek saat ada tugas dan ujian terdapat 1 siswa atau 3% siswa yang selalu mencontek saat ada tugas dan ujian. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang mencontek
saat ada tugas dan ujian
terdapat 16
siswa atau 53%
siswa. Kemudian terdapat 13 siswa atau 44% siswa yang tidak pernah mencontek saat ada tugas dan ujian .
Untuk indikator mencontek
saat ada tugas dan ujian dapat disimpulkan bahwa 44% siswa sudah bisa melakukan
ujian secara mandiri tanpa mencontek, namun masih terdapat 53% siswa yang masih
belum bisa mandiri dalam mengerjakan
tugas dan ujian atau kadang kadang mencontek saat ujian tertentu misalnya
matematika dan fisika yang dirasa oelajaran yang sulit bagi siswa. Hanya
terdapat 3% siswa yang di setiap ujian selalu mencontek. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat
mengerjakan tugas secara mandiri lebih besar dari pada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas secara mandiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa di
MTsN Watampone sudah memiliki karakter mandiri. Siswa yang masih belum dapat
mengerjakan tugas secara mandiri masih perlu bimbingan yang lebih baik lagi
dalam kegiatan pembelajaran, budaya madrasah maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Tabel
28
Membersihkan
Sendiri Pakaian Yang Telah Digunakan
No
|
Membersihkan Sendiri Pakaian Yang
Telah Digunakan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Selalu
|
17
|
57%
|
2
|
Kadang-kadang
|
13
|
43%
|
5
|
Tidak Pernah
|
0
|
0%
|
Jumlah
|
30
|
100%
|
Sumber;
hasil angket siswa poin 21
Dari tabel 28 di atas
dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang membersihkan
sendiri pakaian yang telah digunakan terdapat 17 siswa atau 57% siswa yang selalu membersihkan sendiri pakaian yang
telah digunakan.
Sedangkan untuk kategori kadang-kadang membersihkan
sendiri pakaian yang telah digunakan terdapat 13 siswa atau 43% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa yang tidak pernah membersihkan sendiri pakaian yang telah
digunakan.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah mandiri terutama pada indicator
membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan. Ini dapat terlihat dari tingginya presentase
siswa yang membersihkan sendiri pakaian yang dia gunakan mencapai 57%. Siswa
yang kadang-kadang membersikan pakaian yang dia gunakan mencapai 43%. Hal ini
sudah termasuk baik karena tdk pernah ditemukan siswa yang tidak pernah
mebersikan pakaian yang dia gunakan.
Terdapat 3 indikator
yang digunakan untuk mengukur karakter mandiri
siswa. Ketiga indikator tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap
karakter mandiri siswa. Berikut ini adalah diagram karakter mandiri siswa.
Keterangan:
Poin
19 = Meminta Tolong Pada Setiap Pekerjaan/tugas
Poin 20 = Mencontek Saat Ada Tugas dan Ujian
Poin
21 = Membersihkan Sendiri Pakaian Yang Telah Digunakan
Kesimpulan dari ketiga
indikator karakter
mandiri di atas bahwa pembinaan karakter mandiri di MTsN watampone sudah sangat
baik. Karakter mandiri
tersebut dapat terlihat dari tingginya rata-rata kemandirian siswa dari tiga
indicator yang di lihat mencapai 53%. 53% siswa ini sudah terbina dengan baik
karakter mandirinya. Sisanya terdapat 47% siswa yang masih tahap pembiasaan
karakter mandiri atau kadang-kadang mandiri dan kadang-kadang juga tidak
mandiri. Karakter mandri banyak dibina dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka yang kadang-kadang mengadakan perkemahan maupun
dalam kegiatan pembelajaran dengan pemberian tugas mandiri.
Secara keseluruhan dari 5 karakter yang diteliti pada
penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa pembinaan karakter siswa di
MTsN Watampone sudah sangat baik. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa
pembinaan karakter di MTsN Watampone berhasil membina karakter disiplin,
religius, peduli social, kerja keras dan mandiri.
Pembinaan karakter di MTsN Watampone banyak dilakukan pada
kegiatan ekstrakurikuler dan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaranv
serta budaya sekolah. Pada kegiatan ekstrakurikuler selain untuk mengembangkan keterampilan
siswa pengembangan karakter juga menjadi tujuan utama.
Tingkat keberhasilan penbinaan karakter dari kegiatan
pembelajaran, budaya sekolah dan ekstrakurikuler dari hasil analisis angket
sangat baik ini dapat terlihat dari tingginya presentasi kedisiplinan siswa
dengan rata-rata kedisiplinan siswa mencapai 61% siswa sangat disiplin.
Sedangkan karakter religius juga sangat berhasil dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran dan ekstrakurikuler sudah sangat baik ini dapat dilihat dari 73%
siswa sudah sangat religius. Untuk karakter peduli social sudah sangat baik ini
dapat dilihat dari rata-rata karakter peduli social dari hasil angket mencapai
69%. Untuk karakter kerja keras siswa di MTsN watampone juga sudah sangat baik
ini dapat dilihat dari rata-rata hasila analisis angket yang mencapai 52% siswa
selalu bekerja keras. Sedangkan untuk karakter mandiri siswa di MTsN watampone sudah
mandiri berdasarkan rata–rata hasil analisis angket tentang mandiri yaitu 53%
yang berkarakter mandiri.
C. Efektifitas Pembinaan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran, Ekstrakurikuler
dan Budaya Madrasah Di MTsN Watampone Kabupaten Bone
Efektifitas selalu dikaitkan dengan hasil yang sesuai dengan sasaran yang telah
direncanakan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif apabila dapat menunjukkan
suatu keberhasilan atau telah mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan
demikian, efektifitas dapat diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai dari
suatu tindakan atau usaha dalam kegiatan tertentu. Pembinaan karakter dapat
dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai dalam kegiatan tersebut sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembinaan karakter yang dilakukan di
MTsN Watampone sangat efektif dalam membina karakter siswa di madrasah
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal di antaranya:
1. Budaya madrasah yang dibangun di MTsN
watampone sangat baik dalam mendukung pembinaan karakter. Dukungan ini dapat terlihat dari adanya tata tertib
siswa yang mengatur aktifitas umum siswa di sekilah. Sedalin itu guru-guru yang
terdapat di MTsN watampone juga terlibat dalam penertiban tata tertib tersebut,
selai itu guru-guru juga mendukung aktifitas siswa yang baik diluar
pembelajaran. Selama peneliti berada di madrasah tersebut kurang lebih 2 minggu
mengikuti aktifitas siswa tidak ditemukan siswa yang berkelahi walaupun masih
terdapat beberapa siswa yang membolos dan tidak memakai kelengkapan madrasah.
Selain itu di saat jam istirahat peneliti banyak menemukan siswa yang mengaji
di mesjid madrasah. Pada waktu sholat hampir semua siswa melaksanakan ibadah
sholat di mesid tersebut. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pembinaan
karakter disiplin dan religius di MTsN Watampone sangat baik.
2. Pada proses pembelajaran guru senantiasa
menekankan pentingnya karakter dalam diri siswa. Selain itu aktifitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru selalu mengandung penanaman nilai-nilai
karakter. Selama peneliti melihat langsung aktifitas pembelajaran di MTsN
watampone, siswa sangat antusias dalam mengikuti seluruh aktifitas belajar yang
dirancang oleh guru. Walaupun masih terdapat beberapa siswa yang kurang
berperang aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Namun secara keselurahan
peroses pembelajaran yang berbasis karakter tersebut sudah berjalan dengan
sangat baik. Dalam proses pembelajaran di MTsN guru mengunakan RPP Berkarakter
yang telah di canankan oleh Kementrian Pendidikan. Media yang di gunakan juga
mendukung terbentuknya karakter dalam diri siswa, seperti pengunaan vidio yang
inspiratif.
3. Dalam ekstakurikuler pembinaan karakter siswa
menjadi salah satu fokus utama selain terbentuknya katerampilan dalam diri
siswa. Ekstrakurikuler berperang aktif dalam terbentuknya karakter siswa. Seperti
dari hasil wawancara yang dengan para pembina ekstrakurikuler yang
mengedepankan pembinaan karakter pada ekskul yang mereka bina.
Jadi, dari hasil analisis data dan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone sangat
efektif dalam membina karakter siswa. Pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN
Watampone berlangsung dalam tiga cara antara lain dari pembelajaran,
ektrakurikuler dan budaya madrasah. Hasil dari pembinaan karakter dapat di
lihat dari karakter keseharian siswa yang berada di MTsN Watampone di dominasi
dengan karakter yang baik. Karakter baik yang dimaksud adalah rendahnya
pelanggaran yang dilakukan siswa dalam artian siswa sangat tertib dan disiplin
selama beraktifitas di madrasah. Selain itu, aktifitas yang dilakukan oleh
siswa di madrasah sangat religius dapat di lihat dari banyaknya siswa yang
menbaca alquran di masjid, kelas, kantin dan taman. Serta masjid madrasah selalu full ketika masuk waktu sholat dhuhur.
[1]
Sejarah singkat(selayang pandang) diambil dari arsip MTs Watampone bagian
administrasi.
[2]
Visi dan misi diambil dari arsip MTs Watampone bagian administrasi.
[8]Suharman, Pembina PMR, wawancara, pada tanggal 23 januari
2016 di MTsN Watampone.
[9] Ibid.
[13]
Ibid.
[14] Ibid.
[15]Kasmaruddin, Kepala MTsN Watampone, wawancara,
pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[16] Otteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar
Teoritis untuk Praktek Profesional. (Bandung : Angkasa, 1983), h. 56
ijin copy
BalasHapus