MENU

Jumat, 23 September 2016

HASIL PENELITIAN Metode Penelitian : Model Pembinaan Karakter Siswa di MTsN

BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum MTsN Watampone Kabupaten Bone
1.      Sejarah Singkat
MTsN Watampone Kabupaten Bone dijadikan madrasah  negeri berdasarkan surat keputusan mentri agama Republik Indonesia no. 158 tahun 1969 tanggal 08 Nopember 1969. MTsN Watampone sebelum dinegerikan adalah MTsS Watampone yang dibina oleh yayasan At-Tarbiyah Wal Irsyad di Watempone. Selanjutnya diusahakan penegriannya melalui Dinas Pemda (nama dinas pendidikan pada tahun 1969) kabupaten bone. Atas dukungan pemerintah daerah di lanjutkan ke Jawatan Pemda Provinsi Sulawesi Selatan sekanjutnya ke Dipenda sampai dapat pengesahan mentri agama RI.
MTsN Watampone pada awal penegriannya di bawah pempinan kepala madrasah H. Ahmad Ishak, BA. Madasah  ini telah dipimpin oleh banyak kepala madrasah. Adapun kepalah madrasah sejak di jadikan Negeri  sampai sekarang adalah sebagai berikut;

1.      H. Ahmad Ishak, BA (Almarhum) Tahun 1969 s/d 1981
2.      Muh. Nur, BA (Almarhum) Tahun 1982 s/d 1989
3.      Dra. Hj. Nurmala Subair Tahun 1989 s/d 1994
4.      Dra. Hj. Astina Pattopoi Tahun 1994 s/d 1998
5.      A. Muh. Akil Sirajuddin Tahun 1998 s/d 1999
6.      Dra. Hj. Muafiah Rasyid Tahun 1999 s/d 2009
7.      Drs. H. Kasmaruddin, M.Pd Tahun 2010 s/d sekarang
Madrasah ini mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup singnifikan yang telah menamatkan ribuan alumni untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.[1]
2.      Visi dan Misi
Visi MTs Watampone Kabupaten Bone adalah “mewujudkan sumber daya yang berkualitas tinggi dan siap bersaing dalam masyarakat”.
Dari visi tersebut MTs Watampone Kabupaten Bone membuat misi-misinya antara lain:
a.       Menyelengarakan sistem pendidikan yang mengutamakan pengembangan dan peningkatan mutu madrasah.
b.      Mewujudkan siswa terampil dengan landasan iman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
c.       Mengajarkan kepada siswa agar mampu memahami ajaran agamanya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.      Membentuk lingkungan belajar yang bersih, asri, nyaman dan penuh dengan nilai-nilai agama
e.       Mewujudkan madrasah sebagai sarana pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konprehensip (cerdas istimewa, bakat istimewa, akselerasi, RMBI, unggulan dan reguler).[2]

Visi dan misi madrasah merupakan salah satu unsur kelengkapan yang harus ada dan dimiliki oleh sebuah madrasah  yang sehat. Sebab, kedua komponen ini menjadi arah dan dijadikan pedoman atas semua proses pengambilan keputusan yang hendak dilakukan madrasah tersebut.
3.      Keadaan Guru
Keadaan guru dan pegawai MTsN Watampone berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1
Keadaan Guru dan Pegawai MTs Watampone
Berdasarkan Pendidikan
No
Pendidikan Terakhir
Jumlah
1
SMA
5
2
DIII
1
3
S1
120
4
S2
11
Jumlah
137
Sumber data : Kantor tata Usaha MTsN Watampone
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 137 guru yang aktif mengajar di MTsN Watampone terdapat 5 guru yang pendidikan terakhirnya SMA, 1 guru DIII 120 guru S1 dan 11 guru yang telah menyelesaikan S2. Dari data tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa secara akademik guru-guru yang terdapat di MTsN Watampone sudah memenuhi standar kompetensi akademik yang telah di tetapkan oleh kementrian pendidikan dengan presentase 95% guru-guru telah menyelesaikan pendidikan jenjang S1 dan S2. Hanya terdapat 6 guru atau 5%  yang belum memenuhi standar kompetensi akademik tersebut. Kompetensi akademik seorang guru sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran.
4.      Keadaan Siswa
Siswa merupakan komponen madrasah yang sangat penting, tidak mungkin suatu madrasah mengadakan pembelajaran tanpa ada siswa. MTsN Watampone menerima siswa dari lulusan SD/MI maupun siswa pindahan dari madrasah lain. Saat ini di tahuan ajara 2015/2016 MTsN Watampone mempunyai siswa yang berjumlah 1.780 orang.

Tabel 2
Jumlah Siswa MTsN Watampone Tahun ajaran 2015/2016
No
Kelas
Jumlah
Keterangan
L
P
1
VII
632
257
386
2
VIII
579
265
332
3
IX
569
274
295
Jumlah
1.780
796
1.013
Sumber data : Kantor tata Usaha MTs Watampone
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 1.780 siswa di MTsN Watampone terdapat 796 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 1.013 siswa berjenis kelamin perempuan. dari jumlah siswa yang banyak ini, pihak sekolah membagi system pembelajaran dalam dua waktu pembelajaran. Siswa kelas VII dan IX masuk pada siang hari dan siswa kelas VIII masuk pada sore hari. System sif ini membuat siswa lebih mudah dibina dan diawasi. Namun terdapat beberapa kekurangan dalam sestem ini karena kelas VIII tidak pernah melaksanakan kegiatan upacara.
5.      Tata Tertib Siswa MTsN Watampone
Kedisiplinan dan ketertiban di lingkungan madrasah memang sangatlah penting, karena hal ini kadang-kadang kali terjadi pelanggaran kedisiplinan dan ketertiban yang dilakukan para siswa. Oleh sebab itu kedisiplinan dan ketertiban perlu kita atur dalam sebuah tatanan yang biasa kita sebut dengan tata tertib madrasah. Adapun dibuatnya tata tertib tersebut memiliki dua tujuan yaitu tujuan khusus dan juga tujuan umum. Secara khusus memiliki tujuan supaya kepala madrasah bisa menciptakan suasana yang kondusif bagi semua warga madrasah, supaya para guru bisa melaksanakan belajar mengajar dengan optimal dan supaya tercipta kerja sama di antara para orang tua dengan madrasah dalam mengemban tugas pendidikan. Sedangkan tujuan secara umumnya yaitu agar terlaksananya kurikulum secara baik serta bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan di dalam madrasah.
TATA TERTIB SISWA
MTsN Watampone

KEHADIRAN :
1.      Kegiatan Belajar Mengajar dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 12.40 WIB.
2.      KBM diawali dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an/do'a
3.      Siswa wajib hadir 05 menit sebelum jam pelajaran dimulai.
4.      Siswa wajib mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar.
5.      Siswa wajib mengikuti upacara hari-hari besar dan setiap hari Senin.
BAB  I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan seizin.
Madrasah sebagai tempat terselenggaranya pendidikan memerlukan tata tertib yang disusun berdasarkan pedoman yang wajib dilaksanakan seluruh siswa secara konsekuen dengan penuh kesadaran. Tata tertib ini selanjutnya disebut Tata Tertib Siswa MTsN Watampone.

BAB II
DASAR PENYUSUNAN TATA TERTIB
1.      Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 
2.      Rapat Dewan Pengelola MTsN Watampone
BAB III
ASAS UMUM
1.      Sebagai warga seizin yang baik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia.
2.      Patuh pada peraturan dan tata tertib madrasah, hormat pada orang tua, guru dan karyawan.
3.      Memiliki rasa solidaritas, loyalitas dan integritas terhadap MTsN Watampone
4.      Selalu menjaga nama baik MTsN Watampone..
5.      Mengerjakan dan melaksanakan semua tugas kewajiban sebagai siswa MTsN Watampone.
6.      Memelihara keamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan madrasah.
BAB IV
KEHADIRAN DAN MENINGGALKAN MADRASAH
A.    Kehadiran 
1.      Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 12.40 WIB.
2.      Siswa wajib hadir selambat-lambatnya pukul 06.55 WIB.
3.      Hadir dan mengikuti semua proses KBM.
4.      Siswa yang terlambat di madrasah, wajib lapor ke guru piket.
5.      Terlambat lebih dari 10 menit, siswa tidak diperbolehkan masuk madrasah, kecuali dengan izin guru piket.
6.      Tidak masuk madrasah lebih dari 3 kali, maka orang tua/wali siswa yang bersangkutan akan di panggil ke madrasah.
7.      Siswa dilarang keluar masuk kelas pada saat KBM berlangsung, kecuali seizin guru.
8.      Siswa diperbolehkan melakukan kegiatan di lingkungan madrasah yang terkait dengan program madrasah. 
B. Waktu Kosong 
1.      Istirahat dilakukan sekali, pada pukul 10.20 s.d. 10.40 WIB.
2.      Pada jam istirahat siswa diharuskan berada di luar kelas, kecuali ada hal-hal yang menyangkut KBM.
3.      Pada waktu guru berhalangan hadir, pengurus atau piket kelas wajib lapor kepada guru piket.
C. Meninggalkan KBM dan Madrasah 
1.      Siswa yang akan meninggalkan kelas pada waktu KBM diwajibkan meminta izin kepada guru kelas yang mengajar dan melapor ke guru piket.
2.      Siswa yang akan meninggalkan madrasah pada waktu KBM diwajibkan minta izin kepala madrasah atau yang mewakili.
3.      Siswa yang akan meninggalkan madrasah karena tugas madrasah wajib lapor ke guru piket.
4.      Siswa yang akan meninggalkan madrasah karena kondisi tertentu wajib lapor ke guru piket
BAB V
ABSENSI
A.    Ketidakhadiran
1.      Jika siswa tidak hadir ke madrasah lebih dari 2 (dua) hari berturut-turut, maka harus membawa surat keterangan dokter bagi yang sakit dan surat keterangan orang tua/wali siswa karena keperluan.
2.      Jika dalam seminggu siswa tidak hadir lebih dari 3 hari, maka orang tua/wali siswa diundang untuk hadir bertemu dengan wali kelas.
3.      Jika siswa tidak bisa menunjukkan surat keterangan dokter atau surat keterangan orang tua/wali siswa atau tidak menghadirkan orang tua/wali, siswa dianggap absen.
B. Ketidakhadiran Tes dan Tes Remedial
1.      Siswa yang tidak hadir lebih dari 10 % dalam satu bidang studi tidak diperkenankan mengikuti tes. Siswa bersangkutan hanya diperkenankan mengikuti tes remedial.
2.      Siswa yang tidak hadir pada saat tes tanpa keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan tidak diperkenankan mengikuti tes susulan dan hanya diperkenankan mengikuti tes remedial.
3.      Batas waktu untuk siswa yang akan mengikuti tes susulan adalah 2 hari setelah tes berakhir, dan jika sampai batas waktu yang ditentukan siswa bersangkutan tidak hadir, maka hanya diperkenankan mengikuti tes remedial.

BAB VI
PAKAIAN DAN TATA RIAS
Kewajiban Berpakaian: 
1. Mengenakan seragam dengan ketentuan: 
Putra:
·         Mengenakan pakaian seragam madrasah beratribut sesuai yang ditetapkan lembaga, Senin-Selasa-Rabu mengenakan biru putih (MTsN), Kamis batik
·         Jum,at- Sabtu mengenakan pramuka.
·         Pakaian yang sopan dan dimasukkan ke dalam celana.
·         Mengikuti aturan bentuk/pola dan ukuran baju (tidak junkies).
·         Menggunakan ikat pinggang.
·         Memakai sepatu dan kaos kaki.
·         Hari Senin mengenakan seragam biru putih, (khusus upacara menggunakan dasi dan peci).
Putri:
·         Mengenakan pakaian seragam madrasah beratribut sesuai yang ditetapkan lembaga, Senin-Selasa dan Rabu mengenakan biru putih (MTsN), Kamis batik dan Jumat Sabtu mengenakan pramuka..
·         Mengenakan jilbab dan baju tidak dimasukkan.
·         Mengikuti aturan bentuk/pola dan ukuran baju (tidak junkies).
·         Memakai sepatu dan kaos kaki.

2. Menjaga penampilan wajar dan tidak berlebihan
·         Putra : Rambut pendek rapi (tidak melebihi alis mata, tidak menutup daun telinga, tidak mengenai kerah baju, tidak diwarnai, tidak diberi pewarna), tidak mengenakan kalung atau gelang, kuping tidak ditindik, tidak bertato atau sejenisnya.
·         Putri : Tidak mencukur alis mata, tidak menggunakan make up berlebihan, tidak bertato, tidak menindik tubuh selain di telinga dan lebih dari sewajarnya, dan tidak mengenakan perhiasan berlebihan.
BAB VII
KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
1.      Siswa wajib mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler (jadual terlampir).
2.      Kegiatan ekstrakulikuler diselenggarakan setiap hari Ahad pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 17.30 WIB.
3.      Waktu maksimal kegiatan ekstrakulikuler adalah 90 menit, kecuali untuk persiapan lomba atau pementasan.


BAB VIII
PELANGGARAN DAN SANKSI

Penambahan: Ketentuan sanksi sesuai dengan MTsN Watampone

Setiap siswa yang melakukan pelanggaran, baik terhadap kewajiban atau pun larangan akan dikenakan sanksi. Adapun sanksi yang dikenakan ditetapkan sebagai berikut :
·         Setiap pelanggaran dari kewajiban pada Bab II (B, C, D dan E), siswa dipulangkan dan hadir hari berikutnya dengan diantar orang tua, serta membuat pernyataan tertulis tidak akan mengulangi.
·         Setiap pelanggaran pertama dari larangan Bab III (point 2 – 11), siswa dipulangkan, orang tua hadir keesokan harinya dan siswa mendapat skorsing tugas selama 3 hari (masuk madrasah mendapat tugas dari petugas piket, dalam ruangan khusus selama jam pelajaran).
·         Setiap pelanggaran kedua dari larangan Bab III (point 2 – 11), orang tua diberitahu dengan surat resmi dan siswa mendapat skorsing belajar di rumah selama 3 hari, masuk hari pertama diantar orang tua dengan surat pernyataan tidak akan mengulang dan siap menerima sanksi terburuk.
·         Setiap pelanggaran ketiga, siswa mendapatkan skorsing minimal 5 hari.
·         Setiap pelanggaran keempat siswa dikembalikan ke orang tua/di-DO.
Pelanggaran Khusus dan Sanksinya
·         Pelanggaran pertama pada setiap larangan dari No. 12 – 19, siswa membuat surat pernyataan dan skorsing 3 hari.
·         Pelanggaran kedua dan selanjutnya pada setiap larangan dari No. 12 – 19, siswa membuat surat pernyataan dan skorsing minimal 6 hari dan kelipatannya.
·         Pelanggaran pertama pada setiap larangan dari No. 20 – 26, siswa mendapatkan skorsing minimal selama 6 hari, disarankan untuk pindah madrasah.
·         Pelanggaran kedua pada setiap larangan dari No. 20 – 26, siswa dikeluarkan dari MTsN Watampone.
·         Pelanggaran pertama pada setiap larangan dari No. 27 – 28, siswa dikeluarkan dari MTsN Watampone.
Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan Tata Tertib tersebut di atas akan ditentukan kemudian. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.[3]
Untuk bisa menegakkan kedisiplinan di dalam lingkungan madrasah memang diperlukan tunjangan peraturan dengan ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengikat setiap komponen baik itu guru, siswa maupun kepala madrasah guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan berupa tata tertib madrasah. Sementara untuk menegakkan tata tertib tersebut haruslah dimulai dari kelompok madrasah itu sendiri, dengan begitu maka madrasah bisa menjadi tempat dan sarana belajar dengan manajerial yang baik.
Selain itu disiplin memang merupakan hal penting yang harus ditanamkan kepada anak didik kita di madrasah sedini mungkin, dengan tata tertib yang diterapkan setiap hari tersebut maka bisa membuat para siswa menjadi terbiasa untuk bersikap disiplin dan tertib. Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa tata tertib MTsN Watampone menjadi sebuah budaya madrasah yang akan menegakkan kedisiplinan siswa sehingga akan terbentuk karakter disiplin.
Tata tertib sekolah dijadikan juga sebagai budaya sekolah. Dengan adanya tata tertib sebagai budaya sekolah, diharapkan pembiasaan dan pembinaan karakter siswa lebih terprogram. Dari hasil observasi peneliti dari budaya sekolah ini, peneliti menyimpukan bahwa budaya sekolah di MTsN watampone berjalan dengan baik dan mendapat pengawan yang baik dari wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
6.      Kegiatan Ekstrakulikuler
Selain para siswa melakukan kewajiban belajar, mereka juga dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh madrasah. Tujuannya tidak lain adalah supaya siswa dapat mengeluarkan potensi dan juga bakat yang dimilikinya. Kegiatan ekstrkurikuler di MTsN watampone dilaksanakan setiap hari ahad dengan di latih oleh Pembina ekstrkakurikuler masing masing ataupun pelatih yang di undang oleh Pembina ekstrakurikuler.
Adapun kegiatan ekstrkurikuler yang di adakan di MTsN Watampone antara lain:


Tabel 3
Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
NO
Jenis Kegiatan
1
OSIS
2
Pramuka
3
Drum Band
4
PMR (Palang Merah Remaja)
5
ROHIS (Rohani Siswa)
6
SSB (Sanggar Seni Budaya)
7
KIR (Karya Ilmiah Remaja)
8
UKS (Unit Kesehatan Madrasah)
9
Olahraga
Sumber data : Kantor tata Usaha MTsN Watampone
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 9 ekstrakurikuler yang di laksanakan  oleh MTsN Watampone. Kegiatan ekstrakurikuler ini  dapat dipilih oleh setiap siswa yang setelahnya akan di seleksi oleh pembina ekstrakurikuler masing-masing. Madrasah yang baik memberikan kegiatan ekstrakurikuler atau biasa disebut dengan ekskul kepada para siswa. Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari adanya kegiatan ekskul di madrasah. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini tentu saja untuk memfasilitasi minat para siswa dan memberikan mereka kesempatan untuk berlatih dan berkarya. Berdasarkan observasi peneliti terhadap kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di MTsN Watampone, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik.
B.     Model Pembinaan Karakter di MTsN Watampone Kabupaten Bone
Untuk menjawab rumusan masalah pertama dalam penelitian ini yang berbunyi  Bagaimana model pelaksanaan pembinaan karakter di MTsN Watampone Kabupaten Bone?  maka berdasarkan hasil angket yang telah peneliti lakukan. Pembinaan karakter di MTsN Watampone telah di implementasikan sebelum adanya kurikulum 2013. Hal ini berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala MTsN Watampone. karakter yang di kembangkan adalah pembinaan-pembinaan karakter oleh guru:
1.      Pembiasaan mengucapkan salam
2.      Pembiasaan membaca ayat suci alquran 3-5 menit di awal pelajaran
3.      Pembiasaan membaca doa   sebelum dan sesudah belajar                                                                                                                               
4.      Pembiasaan sholat dhuha, dzuhur, ashar secara berjamaah
5.      Bimbingan rohani siswa setiap selesai sholat[4]

Jadi, MTsN Watampone sudah melaksanakan pendidikan karakter oleh guru sebelum implementasi kurikulum 2013 sehingga dapat dikatakana bahwa MTsN Watampone berpengalaman dalam membina karakter siswa. Selain pembinaan karakter seperti dia atas yang telah menjadi program rutin madrasah yang telah menjadi budaya dari MTsN Watampone. Selain pembinaan karakter tersebut dilakukan pula pembinaan karakter melalui program  ekstekurikuler antara lain :
1.      OSIS (Organisasi Siswa Intra Madrasah)
Organisasi  siswa intra madrasah merupakan bagian dari pembinaan kesiswaan dan masuk kedalam kelompok bidang pembinaan mutu pendidikan. Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan memperkaya pengalaman belajar belajar siswa.
Karakter yang di bentuk dalam OSIS ini adalah percaya diri. Patuh pada aturan-aturan social, bertanggung jawab, cinta ilmu, santun, sadar akan hak dan kewajiba. Dari segi penerapan pendidikan karakter melalui osis ini peran Pembina sangatlah besar, mereka di tuntut untuk serius melakukan pembinaan agar siswa tidak keluar dari nilai-nilai karakter yang di inginkan. Adapun kegiatan yang di dalamnya dapat membina karakter siswa menurut Satiyah sebagai Pembina osis antara lain
a)      Latihan dasar kepemimpinan, nilai karakter yang bisa di tanamkan adalah demokratis, cinta tanah air, percaya diri disiplin dan lain-lain.
b)      Kegiatan bakti social karakter yang ditanamkan adalah kerjasama, peduli lingkungan dan cinta tanah air
c)      Masa orientasi siswa karakter yang di kembangkan kedisiplinan, percaya diri dan kesadaran antara hak dan kewajiban.[5]
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh OSIS seperti di atas akan sangat membantu terbentuknya karakter yang menjadi yang menjadi tujuan madrasah.
Hasil observasi peneliti terhadap kegiatan OSIS yang dilakukan di MTsN Warampone tentang pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan OSIS, maka dapat di simpulkan bahwa melalui kegiatan OSIS ini dapat membentuk kerjasama dan kepercayaan diri siswa yang terlibat dalam kegiatan ini.
2.      Pramuka
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan madrasah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan tujuan membentukan watak dan kepribadian siswa. Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan untuk melatih dan mendidik siswa melalui berbagai bentuk latihan dan kegiatan yang menarik.
Menurut Harbi sebagai pembina pramuka, tujuan dari pelaksanaan pramuka ini adalah sebagai berikut:
“Sebagai organisasi ekstra yang membantu madrasah dan sebagai wadah panel yang menciptakan peserta didik yang berkepribadian dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, pramuka juga melakukan pembinaan keterampilan peserta didik”[6]

Penerapan kedisiplinan dan nilai-nilai tanggungjawab kepada anggota Pramuka dalam bentuk kegiatan-kegiatan kepramukaan sesuai dengan target program Gerakan Pramuka pangkalan MTsN Watampone. Seperti pada pelaksanaan persami disetiap kegiatan. Siswa dituntut mampu mencapai tujuan yang dimaksud dengan teknik tertentu misalnya. Pembentukan kelompok/regu dan disetiap individunya dibebankan dengan tugas masing-masing yang dapat melatih siswa tersebut untuk mempertanggungjawabkan tugas masing-masing. Selain hal itu dalam setiap kegiatan peserta didik dituntut untuk menyusun manual kegiatan secara rinci dengan waktunya yang dapat melatih dan mengontrol efisiensi pelaksanaan kegiatannya.
Pembentukan regu secara majemuk dengan melihat potensi masing-masing anggota yang berbeda-beda dalam segala hal dapat melatih siswa untuk membentuk sikap sosial dan kerja sama tanpa memandang keterbatasan yang dimiliki oleh anggota lainnya (siswa lainnya). Kemudian dalam setiap kegiatan  siswa diberi tugas dengan berbagai variasi yang dapat melatih keterampilan dan pengembangan wawasan.[7]
Dari hasil observasi peneliti terhadap latihan rutin kepramukaan dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan kepramukaan ini dilakukan pembinaan kerjasama, kemandirian dan tenggang rasa terhadap sesama. Selain itu daari hasil wawancara peneliti terhadap Pembina pramuka bahwa kegiatan pramuka dapat mengembangkan setiap potensi dalam diri siswa yang berbeda-beda. Kegiatan yang padat serta aturan yang ketat dikepramukaan membuat siswa memiliki karakter disiplin dan mandiri.
3.      Drum Band
Kegiatan seni misalnya drumband memiliki kemampuan menanamkan karakter yang luar biasa ke dalam diri siswa. Penanaman karakter ini dapat terjadi karena kegiatan drumband memang cenderung mengarahkan siswanya menjadi siswa yang disiplin, kompak, bertanggung jawab dan berani. Dalam kegiatan drumband semua anggotanya harus disiplin. Hal ini terjadi pada saat latihan. Kalau  para anggotanya tidak disiplin, maka tentu latihan tidak akan terlaksana. Demikian halnya dengan karja sama jika setiap anggotanya tidak bekerja sama maka penampilan drum band tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga karakter yang dikembang dalam drum band adalah kedisiplinan percaya diri dan kerja sama.
Dari hasil observasi peneliti terhadap latihan rutin drum band, peneliti menarik kesimpulan bahwa kerja kerasa sengat dibutuhkan dalam diri siswa untuk bisa menguasai setiap istrimen yang dia pertanggung jawabakan. Selain itu kerja sama menjadi factor yang sengat penting agar tercipta keselarasan music dan gerakan. Drum band ini sangan baik dalam melatih karakter kerja keras dan kerja sama setiap anggotanya.
4.      PMR (Palang Merah Remaja)
Kegiatan PMR yang dilakukan di madrasah bertujuan untuk melakukan pelayanan-pelayanan kesehatan terhadap pasien yang membutuhkan pertolongan, baik dilingkungan madrasah maupun masyarakat yang ada di sekitar madrasah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Surahman selaku Pembina PMR  menjelaskan bahwa:
“tujuan dari pembinaan siswa dalam PMR agar menumbuhkan jiwa kemanusiaan, sosial, dan kedisiplinan baik dalam kebersihan lingkungan maupun terhadap keedulian terhadap sesama.”[8]

Pelaksanaan kegiatan PMR tetap mengacu pada kurikulum dari pendidikan karakter dan harus menguasai tujuh prinsip dari kegiaran PMR yang di sebut Bulan Sabit Merah Internasional yaitu kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesamarataan.[9]
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat melihat bahwa karakter yang dibina dalam kegiatan ini yaitu disiplin, mandiri, peduli social dan bergaya hidup sehat. Slah satu contoh dari kerakter yang dibina tersebut adalah dilakukannya berbagai kegiatan penyuluhan bahaya rokok, minuman keras dan narkoba terhadap sesama siswa dan kegiatankerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat.


5.      UKS (Unit Kesehatan Madrasah)
UKS merupakan unit kesehatan madrasah. Pendidikan karakter seorang siswa juga bisa dibentuk melalui kegiatan ekstrakurikuler ini. Biasanya seorang siswa akan merasa menjadi seorang dokter kecil yang akan menolong teman-temannya. Anggota UKS biasanya akan berdiri terpisah saat upacara dan akan dengan sigap membantu teman-temannya yang sakit saat upacara. Secara umum tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. Karakter yang diharapkan terbentuk dari UKS adalah sikap disiplin, cintah tana air dan selalu manjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan observasi peneliti terhadap ruang UKS dan peserta ekstrakurikuler UKS maka peneliti menarik kesimpulan bahwa aktifitas yang dilakukan di UKS tidak terlalu banyak. Selain itu peminat ekstrakurikuler ini sengat sedikit. Namun pembinaan karakter untuk kepedulian social sangan diutamakan dalam ekrtakurikuler ini. Pembinaan peduli social dilakukan dalam bentuk petolongan terhadap siswa yang mengalami luka di cidera pada saat latihan di kegiatan ekstakurikuler yang lain.
6.      KIR (Karya Ilmiah Remaja)
Salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti di MTsN Watampone adalah KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Tujuan dari pelaksanaan KIR menurut St. Marjuni sebagai pembina ekstakurikuler ini adalah :
“agar siswa menjadi lebih kreatif, utamanya dalam membuat karya ilmiah.”[10]
Selain itu, di dalam KIR siswa diajak untuk berpikir ke depan, berkreasi dan memberikan solusi, inovasi, pengembangan alternatif terhadap suatu permasalahan. Dari permasalahan tersebut anak didik diharapkan berperan aktif. Dalam KIR ini, karakter yang coba di kembangkan adalah disiplin, keratif dan mandiri.
Untuk membina karakter pada kegiatan KIR ini penangguang jawab KIR malakukan hal sebagai berikut:
“Dengan cara memberi pelatihan-pelatihan dan memberikan tugas-tugas perorangan maupun tugas berkelompok pada siswa/siswi . Tugas yang diberikan berdasarkan devisi tahunan yang telah dibuat/diprogramkan. Seperti:
·         Pembuatan proposal karya ilmiah
·         Pembuatan artikel
·         Pelatihan-pelatihan jurnalistik
·         Pelatihan pembuatan blog”[11]
            Dari hasil observasi peneliti terhadap esktrkurikuler KIR peneliti menyimpulkan bahwa melalui KIR ini siswa didorong untuk berfikit kreatif  dalam memecahkan masalah. Sikap pantang menyerah dan kerja keras dalam melakukan berbagai percobaan sehingga menghasilkan karya.

7.      ROHIS (Rohani Siswa)
Pendidikan agama perlu diarahkan untuk mengembangkan iman, akhlak, hati nurani nurani, budi pekerti serta aspek kecerdasan dan keterampilan sehingga terwujud keseimbangan lahir dan batin. Menurut Arwan selaku pembina ROHIS bahwa tujuan dari ROHIS adalah:
“untuk membangun karakter anak yang berkhlak mulia, berwawasan luas utamanya ilmu agama. Selain itu agar anak didik memahami risalah nabi serta berusaha menghidupkan sunnahnya”[12]

Model pembinaan karakter pada ROHIS ini dengan membiasakan mereka shalat berjamaah di masjid khususnya dalam melaksanakan shalat dhuha dan dhuhur sehingga pada diri siswa terbentuk karakter religius.[13]
Kegiatan rohis ini telah dilakukan di MTsN Watampone dengan melibatkan siswa dan Pembina setiap hari madrasah secara bergiliran setiap kelas dari kelas VII-kelas IX yang telah diatur sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pembina Rohis. Tujuan dari kegiatan ini untuk menambah pengetahuan Siswa tentang ilmu agama sebagai suatu kelanjutan dari mata pelajaran di kelas dan menanamkan nilai-nilai religius dalam diri siswa. Nilai karakter yang di bentuk dalam ROHIS ini adalah religius, taat kepada Allah swt. Ikhlas dan sabar.[14]
Dari hasil wawancara dengan Pembina ekstrakurikuer ROHIS peneliti menarik kesimpuln bahwa kerakter utama yang dikembangkan di ROHIS adalah karakter religius dengan melakukan pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur secara berjamaah. Sedangkan dari hasil observasi peneliti tentang kegiatan ROHIS ini peneliti menarik kesimpulan bahwa kegiatan ROHIS ini telah mendongkrak karakter religius dalam diri siswa.

8.      Olahraga
Karakter dapat dipelajari dan dibentuk dalam olahraga. Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan karakter. Karakter-karakter positif diharapkan dapat dan harus dipelajari melalui olahraga atau aktivitas fisik. Program olahraga dalam semua level dapat didesain untuk mengembangkan gaya hidup aktif dan karakter positif. Karakter yang terbentuk dalam olahraga adala Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan diri.
Kegiatan ekstrakurikuler ini di laksanakan setiap hari minggu dari jam 07.00-17.50 bersama penanggung jawab ekstrakurikuler masing masing. Kegiatan ekstrakurikuler ini sangat didukung oleh orang tua siswa dengan memberikan sumbangan secara sukarela untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler.[15]
Pendidikan karakter harus didukung dengan adanya tenaga pendidikan yang cukup memadai dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Syarat seorang guru untuk melaksanakan pendidikan karakter yang utama haruslah pernah ikut dalam pelatihan maupun seminar pendidikan karakter.
Adapun guru yang telah mengikuti pelatihan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Pelatihan Pendidikan Karakter yang Diikuti Guru
No
Jumlah Pelatihan
Frekuensi
Presentase
1
1 kali
2
8%
2
2 kali
5
20%
3
3 kali
9
36%
4
4 kali
4
16%
5
5 kali
5
20%
Jumlah
25
100%
Sumber; hasil angket guru poin 1
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 2 guru (8%) dari jumlah 25 guru yang di jadikan sampel yang baru mengikuti sekali pelatihan pendidikan karakter. 5 guru (8%). Terdapat 5 guru atau 20% yang telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak 2 kali. 9 guru atau 36% yang telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak 3 kali. 4 guru atau 16% yang telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak 4 kali dan 5 guru atau 20% yang mengikuti pendidikan karakter sebanyak 5 kali. Selain itu rata-rata guru yang mengikuti pendidikan karakter sebanyak 3 kali pelatihan.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru-guru di MTsN Watampone telah sangat memadai dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di madrasah tersebut. Ini dapat dilihat bahwa rata-rata guru di MTsN Watampone telah mengikuti pendidikan karakter sebanyak 3 kali.
Selanjutnya adalah mencantumkan nilai-nilai karakter dalam RPP untuk dapat ditanamkan dalam diri siswa saat pembelajaran berlangsung. Pencantuman selain bertujan dalam penanaman karakter dalam pembelajaran juga bertujuan untuk mengukur ketercapaian karakter yang telah dilakukan .
Tabel 5
Mencantumkan Nilai-nilai Karakter dalam RPP
No
Mencantumkan Nilai-nilai Karakter dalam RPP
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
25
100%
3
Kadang-kadang
0
0
5
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100%
Sumber; hasil angket guru poin 2
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 25  atau 100% guru yang selalu mencantumkan nilai-nilai karakter di dalam RPP yang dia buat yang kemudian di gunakan untuk mengajar dan tidak  terdapat guru yang berada dalam kategori kadang-kadang mencantumkan nilai-nilai karakter di dalam RPP yang dia buat.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa semua guru telah melakukan salah satu komponen dalam pendidikan karakter dengan mencantumkan nilai-nilai karakter dalam setiap RPP yang mereka gunaka. Dengan dicantumkannya nilai-nilai karakter maka proses pembelajaran akan selalu memberi ruang dalam pembinaan karakter di kelas pada setiap mata pelajaran yang di ajarkan. Sinkronisasi pendidikan karakter yang menjadi visi dan misi madrasah dapat berjalan dengan baik dengan terwujudx singkronisasi di dalam kelas.
Pembentukan karakter dalam pembelajaran sangatlah penting demi terwujudnya pendidikan karakter. Sehingga perlu prioritas karakter bagi seorang guru dalam pembelajaran. Pendidikan karakter dalam pembelajaran tidak hanya mencantumkan pada RPP saja namun harus di biasakan kepada siswa dengan guru sebagai role modelnya. Pembinaan karakter harus memiliki keterpaduan dengan pembelajaran dengan semua mata pelajaran, sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Dengan demikian proses pembinaan karakter siswa dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Table 6
Karakter Prioritas Guru dalam Pembelajaran
No
Karakter Prioritas Guru dalam Pembelajaran
Frekuensi
Presentase
1
Disiplin
10
40%
2
Religius
2
8%
3
Kejujuran
7
28%
4
Bertenggung Jawab
5
20%
5
Cinta Tanah Air
1
4%
Jumlah
25
100%
Sumber; hasil angket guru poin 3
            Table 5 di atas memberi informasi tentang karakter yang menjadi prioritas guru dalam pembelajaran. Terdapat 10 guru atau 40% guru  dari 25 guru lebih memprioritaskan karakter disiplin untuk di tanamkan pada siswa pada setiap pembelajaran yang dilakukan. 2 guru atau 8% guru yang lebih memprioritaskan karakter religious. 7 guru atau 28% guru lebih memprioritaskan karakter kejujuran. 5 guru atau 20% guru lebih memprioritaskan karakter bertanggung jawab dan hanya terdapat seorang guru atau 4% guru lebih memprioritaskan karakter cintah tanah air dalam setiap pembelajaran yang guru lakukan.
            Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa guru lebih memprioritaskan karakter disiplin dalam pembelajaran yang guru lakukan. Namun tidak berarti bahwa guru mengabaikan karakter lain. Penegakan disiplin lebih di prioritaskan di akibatkan oleh factor eksternal siswa yang tidak terbiasa disiplin dalam kehidupan bermasyarakat.
            Selanjutnya adalah penggunaan media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang.
Table 7
Penggunaan Media Pembelajaran Sesuai Dengan Karakter Yang Ingin Dikembangkang
No
Penggunaan Media Pembelajaran Sesuai Dengan Karakter Yang Ingin Dikembangkang
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
24
96%
2
Kadang-kadang
1
4%
3
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
25
100%
Sumber; hasil angket guru poin 4
Table 6 di atas memberi informasi tentang penggunaan media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang. Terdapat 24 guru atau 96% guru  dari 25 guru lebih media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang untuk di tanamkan pada siswa pada setiap pembelajaran yang dilakukan. 1 guru atau 4% guru yang kadang-kadang menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang. Tidak ada guru yang tidak pernah menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang.
            Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa semua guru telah menggunakan  media pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkang. Pengunaan media tersebut telah memberikan penanaman karakter yang baik terhadap siswa. Selain itu dengan penggunaan media yang baik dapat meningkatkan partisipasi dan perhatian siswa dalam pembelajaran.
Dengan demikian, pelaksanaan pembinaan karakter di MTs Watampone Kabupaten Bone telah berjalan dengan sangan baik mulai dari program yang dilakukan kepala madrasah, program budaya madrasah, program ekstrakurikuler dan program pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Konsistensi pelaksanaan pembinaan karakter di MTsN Watampone sudah sangat baik karena telah dilakukan secara menyeluruh dari komponen yang ada di madrasah. Diharapkan dengan program-program pembinaan karakter yang dilaksanakan oleh semua pihak yang ada di madrasah maka karakter yang di harapkan pada siswa dapat tumbuh. Pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone dilakukan tanpa melalui paksaan dan kekerasan kepada siswa, namun melalui kelembutan dan penanaman nilai-nilai islami. Sehingga semua siswa dapat menerima dan melaksanakan setiap program pembinaan yang di lakukan madrasah.
            Karakter siswa yang terbentuk dapat di analisis pada angket yang telah dibagikan kepada siswa. Angket tersebut dibagikan untuk mengukur karakter disiplin, religius, kerja keras, peduli social dan mandiri  pada siswa yang menjadi bagian dari fokus penelitian ini.
Disiplin adalah  tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Maka dari itu indikator pertama yang menjadi penilaian dalam mengukur kedisiplinan siswa adalah adatang ke madrasah tepat waktu.



Tabel 8
Datang Ke Madrasah Tepat Waktu
No
Datang Ke Madrasah Tepat Waktu
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
20
67%
2
Kadang-kadang
10
33%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 1
            Tabel 8 di atas memberikan informasi tentang kedatangan siswa ke madrasah. Dari tabel 8 dapat di lihat bahwa  dari 30 anak yang diberikan angket terdapat 20 siswa atau 67% siswa yang Selalu datang ke madrasah tepat waktu, atau bisa di katakan bahwa 67% siswa ini tidak pernah terlambat datang ke madrasah. Terdapat 10 siswa atau 33% siswa kadang-kadang datang tepat waktu ke madrasah atau bisa di katakan bahwa 33% anak ini pernah terlambat ke madrasah. Terdapat 0% siswa baik yang tidak pernah datang tepat waktu ke madrasah.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpilan bahwa siswa di MTsN Watampone pada umumnya telah datang ke madrasah tepat waktu sesuai aturan yang di berlakukan di madrasah yaitu datang ke madrasah pukul 07.00 Wita. Perilaku anak yang tepat waktu datang ke madrasah merupakan pembiasaan yang telah di lakukan oleh pihak madrasah untuk menanamkan karakter disimplin. Siswa yang telat datang ke sekolah akan memperoleh bimbingan khusus dari guru yang piket pada hari itu dengan memberikan nasehat, hukuman ataupun memulangkan siswa yang sudah sering terlambat. Selain itu, memberikan contoh yang baik juga penting dalam pembinaan karakter disiplin siswa dimana guru dan pegawai sekolah juga wajib datang tepat waktu. Selain itu, dengan datangnya siswa tepat waktu ke madrasah maka semua aktifitas yang di programkan madrasah sepanjang hari itu dapat berjalan dengan baik.
Memakai kelengkapan seragam madrasah setiap hari adalah salah satu tindakan disiplin siswa. Atribut kelengkapan siswa telah sebagaimana yang tercantum dalam tata tertib siswa harus dikenakan setiap hari. Berikut ini adalah hasil angket untuk mengukur siswa yang memakai kelengkapan dari seragam madrasah yang siswa kenakan.
Tabel 9
Memakai Kelengkapan Seragam Madrasah
No
Memakai Kelengkapan Seragam Madrasah
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
19
63%
2
Kadang-kadang
11
37%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 2
Tabel 9 di atas memberikan informasi tentang kelengkapan seragam  siswa. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 30 anak yang diberikan angket tentang kelengkapan seragam  madrasah seperti dalam tata tertib terdapat 19 siswa atau 63% siswa telah memakai kelengkapan seragam madrasah setiap hari sesuai tata tertib yang berlaku di madrasah tersebut. Terdapat 11 siswa atau 37%  siswa yang kadang-kadang memakai kelengkapan seragam madrasah.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpilan bahwa siswa di MTsN Watampone telah memakai kelengkapan seragam madrasah sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Kelengkapan seragam madrasah yang dimaksud adalah memakai seragam sekolahn sesuai aturan tata tertib yang berlaku seperti warna baju, dan ukuran baju yang tidak boleh jangkis dan lambang lokasi harus ada.  Melengkapi diri dengan kelengkapan madrasah sangat penting untuk menunjukkan identitas peserta dimana dia bermadrasah. Kelengkapan seragam madrasah juga berguna untuk memperlihatkan keseragaman pakaian siswa sehingga siswa lebih kelihatan rapi.
Masuk ke kelas tepat waktu adalah bagian dari penegakan disiplin siswa. Siswa yang tepat eaktu masuk kelas menandakan bahwa siswa tersebut telah siap secara fisik dan mental untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Apabila siswa tepat masuk ke kelas maka saat itu juga pembelajaran dapat dengan langsung dilaksanakan. Siswa yang terlambat masuk kekelas dapan mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini adalah hasil angket tentang ketepatan siswa masuk ke kelas, antara lain.
Tabel 10
Masuk Ke Kelas Tepat Waktu
No
Masuk Ke Kelas Tepat Waktu
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
17
57%
2
Kadang-kadang
13
43%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 3
            Tabel 10 di atas memberikan  informasi tentang ketepatan siswa masuk ke kelas. Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 30 anak yang diberikan angket tentang masuk ke kelas tepat waktu terdapat 17 siswa atau 57% siswa Selalu masuk ke kelas tepat waktu. siswa yang selalu tepat waktu masuk ke kelas atau tidak pernah terlambat masuk ke kelas menunjukkan siswa tersebut telah siap untuk menerima pelajaran. Selanjutnya terdapat 13 siswa atau 43% siswa yang kadang-kadang masuk ke kelas tepat waktu, atau dapat dikatakan bahwa  43% siswa tersebut pernah terlambat masuk ke kelas untuk menerima pelajaran. Kesiapan siswa menerima pelajaran secara fisik dan psikis dapat terlihat dari kedisiplinan siswa masuk ke kelas tepat waktu.
            Dari data di atas dapat di simpilkan bahwa siswa di MTsN Watampone sangat disiplin masuk ke kelas dengan presentase 57% siswa berada pada taraf sangat disiplin masuk ke kelas tepat waktu. Masuk kelas tepat waktu bertujuan agar siswa dan guru bisa memanfaatkan waktu secara maksimal untuk belajar mengajar.
            Perilaku disiplin dapat di tunjukan dengan perilaku siswa di madrasah, salah satunya adalah mengumpulkan tugas tepat waktu. Berikut ini adalah hasil angket tentang siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu.
Tabel 11
Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu
No
Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
10
33%
2
Kadang-kadang
20
67%
5
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 4
Tabel 11 di atas memberikan  informasi tentang ketepatan siswa mengumpulkan tugas. Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 30 anak yang diberikan angket tentang mengumpukan tugas tepat waktu, terdapat 10 siswa atau 33% siswa yang selalu mengumpulkan tugas tepat waktu. Dan terdapat 26 siswa atau 67% siswa kadang-kadang mengumpulkan tugas tepat waktu dan terdapat 0% siswa baik yang tidak pernah mengumpulkan tugas tepat waktu.
Dari data di atas dapat di simpilkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah disiplin dalam mengumpulkan tugas tepat waktu. Dengan presentase siswa yang selalu mengumpulkan tugas tepat waktu adalah 13% namun presentasenya masih kecil dibandingkan dengan presentase siswa yang kadang-kadang mengumpulkan tugas sebanyak 80%. Namun dari data di atas pula dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang tidak mengumpulkan tugas dari guru. Mengerjakan tugas adalah salah satu bukti keseriusan siswa dalam belajar. Selain itu siswa yang mengumpulkan tugas sudah memiliki karakter disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini cukap baik bagi stabilitas pembelajaran di kelas. Tuntasnya suatu pembelajaran bisa terbantu dengan pemberian tugas oleh guru, sehingga keberlanjutan dan ketercapaian indikator pembelajaran bisa sangat berlangsung dengan baik.
Meninggalkan madrasah sebelum jam pulang(bolos) adalah sebuah perilaku yang dapat di temui pada setiap madrasah. Tindakan membolos adalah pelanggaran indisiplin dari siswa. Siswa yang membolos menunjukkan karakter yang tidak disiolin dan tidak bertanggung jawab. Berikut ini adalah hasil angket tentang kegiatan membolos yang dilakukan siswa.
Tabel 12
Meninggalkan Madrasah Sebelum Jam Pulang (Bolos)
No
Meninggalkan Madrasah Sebelum Jam Pulang (Bolos)
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
0
0%
2
Kadang-kadang
5
17%
3
Tidak Pernah
25
83%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 5
            Tabel 12 di atas memberikan  informasi tentang meninggalkan madrasah sebelum jam pulang (bolos). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket terdapat 25 siswa atau 83% siswa tidak pernah melakukan tindakan  meninggalkan madrasah sebelum jam pulang (bolos). Terdapat 5 siswa atau 17% siswa yang kadang-kadang membolos. Dan tidak terdapat siswa atau 0% siswa yang selalu meninggalkan madrasah sebelum jam pulang (bolos).
            Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang bermadrasah di MTsN Watampone terdapat 83%  siswa yang tidak pernah membolos. Tindakan tidak membolos adalah sebuah karakter disiplin yang sudah tertanam pada diri siswa di MTsN Watampone. Siswa yang membolos akan meninggalkan pembelajaran yang sedang berlangsung, hal ini membuat siswa yang membolos akan mengakibatkan randanya ketercapaian kompotensi yang diharapkan.
            Terdapat 5 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter disiplin siswa. Kelima indikatot tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter disiplin siswa. Berikut ini adalah diagram karakter disiplin siswa.
 Keterangan:
Poin 1 = Datang kemadrasah tepat waktu
Poin 2 = Memakai kelengkapan seragam madrasah
Poin 3 = Masuk ke kelas tepat waktu
Poin 4 = Mengerjakan tugas tepat waktu
Poin 5 = Meninggalkan madrasah sebelum jam pulang (bolos)
            Kesimpulan dari kelima indikator disiplin di atas bahwa pembinaan karakter disiplin di MTsN watampone sudah sangat baik. Dari kelima indicator di atas jika di rata-ratakan makan akan diperoleh 61% siswa memiliki kakakter disiplin yang sangat kuat dan sudah membudaya, sedangkan untuk siswa yang baru menumbuhkan karakter disiplin dalam dirinya terdapar 39%. Kemudian tidak terdapat siswa yang memiliki karakter tidak disiplin. Siswa yang sudah terbiasa disiplin dipengaruhi dari beberapa faktor diantaranya adalah pembiasaan disiplin yang dilakukan oleh madrasah dengan member nasehat kepada siswa yang telat datang ke madrasah. Penjagaan sekolah yang cukup ketat sehingga siswa yang ingin bolos barfikir ulang untuk melaksanakan aksinya. Selain itu terdapat pula pembiasaan disiplin yang dilakukan pada setiap program ekstrakurikuler.
Selain data di atas karakter disiplin yang baik tersebut dapat terlihat dari tingginya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mulai dari jam kedatangan siswa, kelengkapan seragam, mengumpulkan tugas yang memiliki nilai presentase yang sangat tinggi. Selain itu, rendahnya siswa yang melakukan pelanggaran indisiplener membuat peneliti menarik kesimpulan bahwa karakter di siplin sudah sangat baik. Karakter disiplin menjadi salah satu karakter pokok dalam pemdidikan karakter.
Oteng Sutisna menjelaskan, Disiplin merupakan aspek esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi.  Dalam arti, disiplin itu merupakan aspek yang penting atau urgen. Manfaat perilaku disiplin adalah sebagai berikut:
1.      Disiplin Mengatur dan Mengarahkan pada Pencapaian Tujuan Belajar
2.      Disiplin Merupakan Asas dalam Cara Belajar
3.      Disiplin Membentuk Keteraturan
4.      Disiplin Membentuk Watak yang Baik[16]

Selanjutnya adalah hasil analisis angket tentang karakter religius pada siswa MTsN Watampone. Karakter leligius adalah salah satu karakter yang menjadi prioritas dalam pembinaan karakter yang dilakukan oleh MTsN Watampone. Hal ini dikarenakan bahwa MTsN Watampone adalah lembaga pendidikan yang bernafaskan islam, sehingga semua aspek yang berada di madrasah ini harus memiliki nilai-nilai religius. Dalam perkembangannya pula, madrasah ini melaksanakan program-program pembinaan karakter religius mulai dari mata pelajaran yang di dominasi dengan mata pelajran yang islami serta kegiatan ekstrakurikuler yang mengedepankan karakter religius terutama ekrtakurikuler ROHIS (rohani siswa).
Tabel 13
Melaksanakan Sholat 5 Waktu
No
Melaksanakan Sholat 5 Waktu
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
26
86%
2
Kadang-kadang
4
14%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 6
Tabel 12 di atas memberikan  informasi tentang melaksanakan sholat 5 waktu. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket terdapat 26 siswa atau 86% siswa yang selalu melaksanakan sholat 5 waktu atau tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Terdapat 4 siswa atau 14% siswa yang kadang-kadang melaksanakan sholat 5 waktu atau pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Terdapat 0% siswa tidak pernah malaksanakan sholat 5 waktu.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa MTsN Watampone sudah cukup baik dalam pengamalan nilai-nilai islami terutama sholat 5 waktu. Nilai-nilai islami inilah yang akan membentuk karakter religius. Namun masih terdapat 14% siswa yang hanya kadang-kadang melaksanakan sholat 5 waktu tersebut. Tentu hal ini harus menjadi perhatian yang serius dari pihak madrasah maupun pihak orang tua agar dapat meningkatkan sholat 5 waktu siswa.  Pelaksanaan sholat 5 waktu yang terlaksana dengan baik oleh siswa tidak lepas dari penanaman karakter religius dari guru MTsN Watampone. Selain itu pengawasan pelaksanaan sholat di lakukan oleh guru baik di sekolah dengan cara sholat dzuhur berjamaah maupun di rumah dengan mengkominikasikan aktifitas sholat siswa dengan orang tua.
            Mengucapkan salam ketika memasuki suatu ruangan adalah salah satu kebiasaan yang baik. Karakter religious yang telah tumbuh dalam diri siswa akan mengakibatkan setiap perkataan dan perbuatan akan selalu berada dalam koridor agama. Berikut ini adalah hasil angket tentang mengucapkan salam ketika memasuki kelas atau rumah.

Tabel 14
Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
No
Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
22
73%
2
Kadang-kadang
8
27%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 7
            Dari tabel 14 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang kebiasaan mengucapkan salam ketika masuk kelas atau rumah. Dari data tersebut terdapat 22 siswa atau 73% siswa yang selalu mengucapkan salam ketika memasuki kelas atau rumah. Terdapat 8 siswa atau 27% siswa yang kadang-kadang mengucapkan salam ketika masuk kelas atau rumah. Terdapat 0% siswa yang tidak pernah mengucapkan salam ketika masuk ke kelas atau rumah.
            Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan siswa MTsN Watampone sudah terbiasa mengucapkan salam sebelum memasuki kelas atau rumah. Hal ini dapat terlihat dengan tingginya presentase siswa yang selalu mengucapkan salam 73% siswa sudah terbiasa mengucapkan salam. Namun masih terdapat 27% siswa yang masih belum terbiasa mengucapkan salam sebelum masuk ke kelas atau rumah. 27% siswa tersebut harus lebih memperoleh bimbngan karakter dari madrasah. Siswa yang terbiasa mengucapkan salam sebelum masuk kekelas merupakan penanaman karakter yang telah dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan member contoh kepada siswa. Guru yang hendak masuk ke kelas untuk mengajar selalu mengucapkan salam terlebih dahulu.
            Merayakan hari besar keagamaan menjadi salah satu faktor pembentuk karakter religius. Dengan merayakan hari besar keagaman tersebut siswa akan lebih mencintai agamanya. Hari besar keagamaan yang dimaksud adalah idhul fitri, idhul adha dan lain-lain. Berikut ini adalah hasil angket tentang merayakan hari besar keagamaan.
Tabel 15
Merayakan Hari Besar Keagamaan
No
Merayakan Hari Besar Keagamaan
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
26
87%
2
Kadang-kadang
4
13%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 8
            Dari tabel 15 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang merayakan hari besar keagamaan, terdapat 26 siswa atau 87% siswa yang Selalu merayakan hari besar keagamaan. hanya terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang kadang-kadang merayakan hari besar keagamaan. Terdapat 0% siswa yang jarang bahkan tidak pernah merayakan hari besar keagamaan. Hari besar keagamaan yang dimaksud adalah merayakan iduh fitri, idul adha, maulid dan pergantian tahun baru hijriah.
            Dari data diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone telah terbiasa untuk merayakan hari besar keagamaan.. Hal ini dapat terlihat dari tingginya presentase siswa yang merayakan hari besar hari keagamaan. Dengan ikut merayakan hari-hari besar keagamaan seperti hari qurban maka karakter kepedulian sosial, karakter mencintai sesama dan karakter cinta akan agama yang dianut (religius) akan tumbuh dalam diri siswa.
            Toleransi dalam beragama adalah sebuah komponen yang sangat penting dalam keharmonisan antar umat beragama. Dalam islam sendiri toleransi dalam beragama telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. di Madinah dengan agama nasrani ketika itu. Berikut ini adalah hasil angket tentang sikap toleransi beragama.
Tabel 16
Menghargai Keberagaman Agama, Suku dan Ras
No
Menghargai Keberagaman Agama, Suku dan Ras
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
24
80%
2
Kadang-kadang
6
20%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 9
            Dari tabel 16 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menghargai keberagaman agama, suku dan ras, terdapat 24 siswa atau 80% siswa yang selalu menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Kemudian terdapat 6 siswa atau 20% siswa yang kadang-kadang menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Terdapat 0% siswa yang tidak pernah menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Menghargai keberagaman agama, suku dan ras adalah salah satu sikap toleransi di lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat. Sikap toleransi perupakan komponen yang sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Sikap menghargai keberagaman agama, suku dan ras ini ditandai dengan tingginya presentase siswa yang selalu  menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Namun dari data di atas masih terdapat siswa yang kadang-kadang menghargai keberagaman agama, suku dan ras. Sikap menghargai keberagaman agama, suku dan ras merupakan salah satu komponen karakter religius yang patut dibiasakan pada diri siswa. Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat islam bertindak baik dan bertindak adil. Selama tidak bertindak aniaya terhadap umat Islam, maka tidak ada alasan utuk memusuhi apalagi memerangi mereka.
            Sikap selanjutnya yang dinilai dalam melihat karakter religius adalah menjenguk teman yang sakit. Sikap ini tentunya bermanfaat bagi orang yang sakit karena memperoleh suntukan semangat, serta bermanfaat juga bagi siswa yang menjenguk karena mengigatkan diri kepada Allah Swt. berikut ini hasil analisis angket tentang kebiasaan siswa menjenguk teman yang sakit.
Tabel 17
Menjenguk Teman Yang Sakit
No
Menjenguk Teman Yang Sakit
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
12
40%
2
Kadang-kadang
14
47%
3
Tidak Pernah
4
13%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 10
            Dari tabel 17 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menjenguk teman yang sakit terdapat 12 siswa atau 40% siswa yang selalu mengunjungi teman yang sakit. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang mengunjungin teman yang sakit terdapat 14 siswa atau 47% siswa, terakhir terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang tidak pernah mengunjungi teman yang sakit.
            Dari data di atas dapat disimpulkan  bahwa siswa di MTsN Watampone sudah mulai terbiasa untuk menjenguk teman yang sakit. Ini dapat terlihat dari angka 40% siswa yang Selalu mengunjungi teman yang sakit. Namun masih terdpat 47 % yang kadang kadang mengunjungi teman yang sakit.  Dari data ini dapat dilihat bahwa solidaritas antar siswa dengan mengunjungi teman yang sakit tergolong tinggi walaupun siswa yang bermadrasah di MTsN Watampone berasal dari beberapa kecamatan yang jaraknya berjauhan namun siswa masih saling memperhatikan teman yang sakit.
Terdapat 5 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter religius siswa. Kelima indikatot tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter religius siswa. Berikut ini adalah diagram indikator karakter religius siswa.
 Keterangan:
Poin 6 = Melaksanakan Sholat 5 Waktu
Poin 7 = Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Kelas/Rumah
Poin 8 = Merayakan Hari Besar Keagamaan
Poin 9 = Menghargai Keberagaman Agama, Suku dan Ras
Poin 10 = Menjenguk Teman Yang Sakit
            Kesimpulan dari kelima indikator religius di atas bahwa pembinaan karakter religius di MTsN Watampone sudah sangat baik. Itu dapat terlihat dari rata-rata karakter religius di atas terdapat 73,3% siswa berada di kategori sudah sangat baik dalam karakter religius, 24% siswa berada di kategori kadang-kadang baik (masih butuh bimbingan) dalam karakter religius, dan terdapat 2,7 % siswa berada dalam kategori kurang religius. Siswa yang kurang religius ini masih tetap mendapat pembinaan oleh kepala sekolah, guru dan Pembina ekstrakurikuler. Pembinaan karakter religius yang baik di MTsN Watampone telah menghasilkan siswa-siswa yang memiliki pemahaman agama yang baik dan memiliki akhlah yang baik. Walaupun masih terdapat golongan kecil siswa yang masih memiliki karakter religius yang belum tertanam dan belum terbiasa dengan aktifitas religius.
Penilain Karakter religius dilakukan juga dengan melihat aktifitas siswa di madrasah yang sudah sangat baik. Di jam awal madrasah siswa di suguhi dengan siraman rohani dari ekstrakurikuler  Rohis. Kemudian berlanjut dengan penanaman karakter religius dalam pembelajaran dimana sebelum pemulai pembelajaran selalu dilakukan doa bersama kemudian dilanjutkan dengan penyampaian pesan inspiratif oleh guru pada semua mata pelajaran. Diakhir pelajaran selalu ditanamkan nilai-nilai lokal masyarakat bugis oleh guru yang mengajar. Jadi, secara keseluruhan pembinaan karakter di MTsN watampone sudah berjalan dengan baik dan menghasilkan karakter siswa yang cukup baik.
Selanjutnya adalah hasil analisis angket tentang karakter peduli sosial pada siswa MTsN Watampone. Karakter peduli sosial adalah salah satu karakter yang menjadi prioritas dalam pembinaan karakter yang dilakukan oleh MTsN Watampone. Karakter peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Karakter peduli sosial harus ditanamkan pada diri siswa. Saat ini dapat kita perhatikan  rendahnya karakter peduli sosial dalam masyarakat, itu dapat dilihat dari rendahnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti. Selain itu terjadi peningkatan tentang kepedulian mayarakat membuang sampah sembarang tempat dan melemahnya control masyarakat pada generasi muda. Karakter peduli social di MTsN Watampone telah dibina sejak lama dengan berbagi kegiatan di antaranya bakti social anggota osis maupun kerja bakti yang dilakukan di sekitar madrasah. Berikut ini adalah analisis hasil angket tentang peduli sosial.
Tabel 18
Memberi Bantuan Kepada Orang Yang Meminta Tolong
No
Memberi Bantuan Kepada Orang Yang Meminta Tolong
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
29
97%
2
Kadang-kadang
1
3%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 11
Dari tabel 18 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong terdapat 29 siswa atau 97% siswa yang selalu  memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong terdapat 1 siswa atau 3% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa yang berada dalam kategori tidak pernah memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dan sangat terbiasa dalam hal memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong. Dengan membantu orang yang meminta tolong telah membuat siswa di madrasah tersebut peduli akan keadaan orang lain di lingkungannya. Sikap tolong menolong ini terus di pertahankan oleh pihak madrasah dengan mengadakan berbagai kegiatan di sekolah maupun langsung di masyarakat contohnya dengan melakukan kunjungan dan member bantuak ke panti asuhan.
Tabel 19
Menawarkan Bantuan Lebih Dahulu Kepada Orang yang Dirasa Membutuhkan Pertolongan
No
Menawarkan Bantuan Lebih Dahulu Kepada Orang yang Dirasa Membutuhkan Pertolongan
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
22
73%
2
Kadang-kadang
8
27%
5
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 12
Dari tabel 19 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan terdapat 22 siswa atau 73% siswa yang selalu menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan terdapat 8 siswa atau 27% siswa. Kemudian terdapat 0 siswa atau 0% siswa yang tidak pernah menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dalam hal menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan. Dengan menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan maka siswa tersebut sudah sadar akan deadaan di sekitarnya.
Tabel 20
Menyingkirkan Gangguan Di Jalan
No
Menyingkirkan Gangguan Di Jalan
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
11
37%
2
Kadang-kadang
18
60%
5
Tidak Pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 13
Dari tabel 20 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menyingkirkan gangguan di jalan terdapat 11 siswa atau 37% siswa yang selalu menyingkirkan gangguan di jalan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menyingkirkan gangguan di jalan terdapat 18 siswa atau 60% siswa. Kemudian terdapat 1 orang siswa atau 3% siswa yang tidak pernah menyingkirkan gangguan di jalan.
Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar siswa di MTsN Watampone sudah terbiasa menyinkitkan gangguan di jalan dengan tujuan menghindari musibah pada diri sendiri dan orang lain. Kebiasaan siswa yang baik ini diperoleh dari kegiatan ektrakurikuler terutama ektrakurikuler pramukan dan PMR.
Tabel 21
Ikut dalam Kegiatan Kerja Bakti Di Sekitar Rumah
No
Ikut dalam Kegiatan Kerja Bakti Di Sekitar Rumah
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
21
70%
2
Kadang-kadang
8
27%
5
Tidak Pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 14
Dari tabel 21 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah terdapat 21 siswa atau 70% siswa yang selalu ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah terdapat 8 siswa atau 27% siswa. dan hanya terdapat 1 orang siswa atau 3% siswa yang tidak pernah ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone peduli terhadap lingkungan dengan cara mengikuti kegiatan kerja bakti yang dilakukan di sekitar rumah mereka. Partisipasi aktif siswa dalam kegiatan kerja bakti yang dilakukan di madrasah maupun di sekitar rumah merupakan hasil dari pembinaan karakter yang dilakukan oleh orang tua siswa dan juga madrasah terutama pada kegiatan pramuka, OSIS, pramuka dan UKS.
Terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter peduli sosial  siswa. Keempat indikator tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter peduli sosial siswa. Berikut ini adalah diagram karakter peduli sosial siswa.
Keterangan:
Poin 11 = memberi bantuan kepada orang yang meminta tolong
Poin 12 = menawarkan bantuan lebih dahulu kepada orang yang dirasa membutuhkan pertolongan
Poin 13 = menyingkirkan gangguan di jalan
Poin 14 = ikut dalam kegiatan kerja bakti di sekitar rumah

Kesimpulan dari keempat indikator peduli sosial di atas bahwa pembinaan karakter peduli sosial di MTsN watampone sudah sangat baik. Karakter peduli sosial yang baik tersebut dapat terlihat dari tingginya kepedulian siswa terhadap orang lain dan lingkungan sekitar siswa. Rata-rata siswa yang telah memiliki karakter peduli social yang sangat baik adalah 69% dari jumlah keseluruhan siswa. Kemudian terdapat 29% siswa yang memiliki karakter peduli social dalam kategori cukup atau masih belum terbiasa untuk peduli dengan lingkungan social. Dan terdapat 2% siswa yang kurang  peduli dengan lingkungan social. Kepedulian social sangat penting karena manusia tidak hidup sendiri. Dengan sikap peduli social siswa baik terhadap orang lain maupun lingkungan maka akan tercipta habungan dengan sesame manusia yang baik. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan sangat baik pula. Sikap peduli terhadap lingkungan yang dilakukan dengan melakukan kerja bakti untuk membersingkan lingkungan akan mewujudkan lingkungan hidup yang sehat.
Hasil analisis angket yang selanjutnya akan dianalisis adalah karakter kerja keras pada diri siswa. Karakter kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja kelas menjadi salah satu pendorong keberhasilan siswa dalam belajar. Karakter kerja kelas telah dibina oleh MTsN Watampone sejak lama dalam berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler.
Tabel 22
Berusaha Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru
No
Berusaha Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
28
93%
2
Kadang-kadang
2
7%
5
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
            Sumber; hasil angket siswa poin 15
Dari tabel 22 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru terdapat 28 siswa atau 93% siswa yang selalu sekali berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru terdapat 2 siswa atau 7% siswa. Tidak terdapat siswa yang tidak pernah berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru.
            Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik dalam berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru. Semangat yang pantang menyerah dalam menyelesaikan tugas dari guru sangat mendukung dalam ketercapaian kompetensi dan pembentukan karakter siswa. Selalu berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru adalah salah satu komponen dalam karakter kerja keras yang selalu dibina. Pembinaan karakter ini banyak dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas oleh setiap guru dan kegiatan ekstrkurikuler terutama ekstrkurikuler olah raga, karya ilmiah remaja, dan drum band.
Tabel 23
Bertanya Pada Guru/Teman Apa Bila Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
No
Bertanya Pada Guru/Teman Apa Bila Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
25
84%
2
Kadang-kadang
5
16%
5
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
            Sumber; hasil angket siswa poin 16
Dari tabel 23 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami terdapat 25 siswa atau 84% siswa yang selalu sekali bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami terdapat 5 siswa atau 16% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa yang tidak pernah bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami.
Dari data angket di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sangat semangat untuk mengetahui setiap pelajaran yang dioberikan oleh guru. Hal ini dapat terlihat dari tingginya siswa yang kadang-kadang bertanya pada guru/teman apa bila terdapat pelajaran yang tidak dipahami. Setiap siswa mempunyuai kempuan menangkap pelajaran yang berbeda oleh kerena itu bertanya pada guru atau teman pada pelajaran yang belum di pahami sangatlah penting. Dengan demikian dari indicator ini dapat dikatakan bahwa siswa di MTsN Watampone mempunyai karakter kerja keras yang dibina dalam berbegai kegiatan di madrasah baik dari ekstrakurikuler, pembelajaran maupun budaya madrasah.
Tabel 24
Menunda Mengerjakan Tugas
No
Menunda Mengerjakan Tugas
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
1
3%
2
Kadang-kadang
25
84%
5
Tidak Pernah
4
13%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 17
Dari tabel 24 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang menunda mengerjakan tugas terdapat 1 siswa atau 3% siswa yang selalu meninggalkan tugas yang tidak bisa diselesaikan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang menunda mengerjakan tugas terdapat 25 siswa atau 84% siswa. Kemudian terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang tidak pernah menunda mengerjakan tugas.
Dari data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di MTsN Watampone memiliki semangat untuk menyeselaikan tugas yang sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang kadang-kadang meninggalkan tugas atau tdk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Tabel 25
Mengeluh Apabila Memperoleh Tugas Dari Guru
No
Mengeluh Apabila Memperoleh Tugas Dari Guru
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
4
13%
2
Kadang-kadang
24
80%
5
Tidak Pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 18
Dari tabel 25 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang mengeluh apabila memperoleh tugas dari guru terdapat 4 siswa atau 13% siswa yang selalu mengeluh apabila memperoleh tugas dari guru. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang mengeluh apabila memperoleh tugas dari guru terdapat 24 siswa atau 80% siswa. Kemudian terdapat 2 siswa atau 7% siswa yang mengeluh apabila memperoleh tugas dari guru.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa karakter kerja keras dalam diri siswa MTsN Watampone khususnya pada indikator menyerah pada keadaan sedikit rendah. Ini dapat terlihat terdapatnya 70% siswa yang kadang-kadang menyerah pada keadaan yang dia hadapi. Menyerah terhadap masalah yang dihadapi memang kadang-kadang menghampiri setiap manusia.
Terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter peduli sosial  siswa. Keempat indikator tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter peduli sosial siswa. Berikut ini adalah diagram karakter peduli sosial siswa.
Keterangan:
Poin  15 = Berusaha Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru
Poin 16 = Bertanya Pada Guru/Teman Apa Bila Terdapat Pelajaran Yang Tidak Dipahami
Poin  17 = Menunda Mengerjakan Tugas
Poin  18 = Mengeluh Apabila Memperoleh Tugas Dari Guru

Kesimpulan dari keempat indikator kerja keras di atas bahwa pembinaan karakter kerja keras di MTsN watampone sudah sangat baik. Karakter kerja keras yang baik tersebut dapat terlihat dari tingginya semangat bekerja siswa terhadap dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dari data di atas, rata-rata siswa yang terbiasa bekerja keras adalah  52%. Siswa tang masih kadang-kadang bekerja keras dalam menyelesaikan tugas dari guru adalah 46%, sisanya adalah siswa yang belum tertanam karakter kerja keras adalah 2%. Keberhasilan dari pembinaan karakter kerja keras tersebut tidak lepas dari berbagai aspek dari sekolah diantaranya dari aspek guru yang selalu memotivasi siswa untuk bekerja keras dan pantang menyerah menghadapi ujian serta kegiatan pembelajarang yang di rancang oleh guru sangat mendukung penanaman karakter kerja keras dalam diri siswa. Faktor lain adalah kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut suswa untuk selalu bekerja keras diantaranya ekstakurikuler olahraga yang selalu menuntun untuk bekerja keras dalam latihan dan ekskul karya ilmiah remaja yang menuntut siswa untuk tidak menyerah untuk memecahkan masalah dan melakukan percobaan. Dan factor yang terakhir adalah bidaya madrasah yang di bangun oleh pengelolah mdrasah dimana dalam segala aktifitas di madrasa tersebut dilakukan pantang menyerah. Yang terakhir adalah contoh kerja keras dari guru telah mengispirasi siswa untuk tetap berusaha dan bekerja keras.
Karakter selanjutnya yang akan dianalisis adalah karakter mandiri. Karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Karkter mandiri menjadi penting untuk diteliti karena berdasarkan pengamatan peneliti  di berbagai madrasah bahwa dalam  mengerjakan tugas, banyak siswa hanya meniru tugas temanya. Selain itu terdapat banyak siswa yang mencontek saat ujian. Sikap bergantung pada orang lain dalam mengerjakan tugas mengakibatkan berkurangknya karakter mandiri dalam diri siswa.
Tabel 26
Meminta Tolong Pada Setiap Pekerjaan/Tugas
No
Meminta Tolong Pada Setiap Pekerjaan/tugas
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
10
33%
2
Kadang-kadang
14
47%
5
Tidak Pernah
6
20%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 19
Dari tabel 26 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang meminta tolong pada setiap pekerjaan/tugas terdapat 10 siswa atau 53% siswa yang selalu meminta tolong pada setiap pekerjaan/tugas. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang meminta tolong pada setiap pekerjaan/tugas terdapat 14 siswa atau 47% siswa. Kemudian terdapat 6 siswa atau 20%  tidak pernah meminta tolong pada setiap pekerjaan/tugas.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone dalam karakter mandiri khususnya indicator tentang mengerjakan tugas secara mandiri sebagian besar siswa sudah belum mengerjakan tugas secara mandiri. Hal ini dapat dilihat dari 33% siswa yang masih berada pada kategori selalu meminta tolong ketika diberi tugas oleh guru. dan terdapat 47% siswa yang mulai bisa mengerjakan tugas secara mandiri. Hanya terdapat 20% siswa yang lelalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara mandiri
Tabel 27
Mencontek Saat Ada Tugas dan Ujian
No
Mencontek Saat Ada Tugas dan Ujian
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
1
3%
2
Kadang-kadang
16
53%
5
Tidak Pernah
13
44%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 20
Dari tabel 27 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang mencontek saat ada tugas dan ujian terdapat 1 siswa atau 3% siswa yang selalu mencontek saat ada tugas dan ujian. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang mencontek saat ada tugas dan ujian terdapat 16 siswa atau 53% siswa. Kemudian terdapat 13 siswa atau 44% siswa yang tidak pernah mencontek saat ada tugas dan ujian .
Untuk indikator mencontek saat ada tugas dan ujian dapat disimpulkan bahwa 44% siswa sudah bisa melakukan ujian secara mandiri tanpa mencontek, namun masih terdapat 53% siswa yang masih belum bisa mandiri dalam  mengerjakan tugas dan ujian atau kadang kadang mencontek saat ujian tertentu misalnya matematika dan fisika yang dirasa oelajaran yang sulit bagi siswa. Hanya terdapat 3% siswa yang di setiap ujian selalu mencontek.  Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat mengerjakan tugas secara mandiri lebih besar dari pada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas secara mandiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah memiliki karakter mandiri. Siswa yang masih belum dapat mengerjakan tugas secara mandiri masih perlu bimbingan yang lebih baik lagi dalam kegiatan pembelajaran, budaya madrasah maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Tabel 28
Membersihkan Sendiri Pakaian Yang Telah Digunakan
No
Membersihkan Sendiri Pakaian Yang Telah Digunakan
Frekuensi
Presentase
1
Selalu
17
57%
2
Kadang-kadang
13
43%
5
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Sumber; hasil angket siswa poin 21
Dari tabel 28 di atas dapat terlihat bahwa dari 30 siswa yang diberi angket tentang  membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan terdapat 17 siswa atau 57% siswa yang selalu membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan. Sedangkan untuk kategori kadang-kadang membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan terdapat 13 siswa atau 43% siswa. Kemudian tidak terdapat siswa yang tidak pernah  membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di MTsN Watampone sudah mandiri terutama pada indicator membersihkan sendiri pakaian yang telah digunakan. Ini  dapat terlihat dari tingginya presentase siswa yang membersihkan sendiri pakaian yang dia gunakan mencapai 57%. Siswa yang kadang-kadang membersikan pakaian yang dia gunakan mencapai 43%. Hal ini sudah termasuk baik karena tdk pernah ditemukan siswa yang tidak pernah mebersikan pakaian yang dia gunakan.
Terdapat 3 indikator yang digunakan untuk mengukur karakter mandiri  siswa. Ketiga indikator tersebut menunjukkan hal yang positif terhadap karakter mandiri siswa. Berikut ini adalah diagram karakter mandiri siswa.
Keterangan:
Poin  19 = Meminta Tolong Pada Setiap Pekerjaan/tugas
Poin  20 = Mencontek Saat Ada Tugas dan Ujian
Poin  21 = Membersihkan Sendiri Pakaian Yang Telah Digunakan
Kesimpulan dari ketiga indikator karakter mandiri di atas bahwa pembinaan karakter mandiri di MTsN watampone sudah sangat baik. Karakter mandiri tersebut dapat terlihat dari tingginya rata-rata kemandirian siswa dari tiga indicator yang di lihat mencapai 53%. 53% siswa ini sudah terbina dengan baik karakter mandirinya. Sisanya terdapat 47% siswa yang masih tahap pembiasaan karakter mandiri atau kadang-kadang mandiri dan kadang-kadang juga tidak mandiri. Karakter mandri banyak dibina dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka yang kadang-kadang mengadakan perkemahan maupun dalam kegiatan pembelajaran dengan pemberian tugas mandiri.
Secara keseluruhan dari 5 karakter yang diteliti pada penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa pembinaan karakter siswa di MTsN Watampone sudah sangat baik. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pembinaan karakter di MTsN Watampone berhasil membina karakter disiplin, religius, peduli social, kerja keras dan mandiri.
Pembinaan karakter di MTsN Watampone banyak dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler dan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaranv serta budaya sekolah. Pada kegiatan ekstrakurikuler selain untuk mengembangkan keterampilan siswa pengembangan karakter juga menjadi tujuan utama.
Tingkat keberhasilan penbinaan karakter dari kegiatan pembelajaran, budaya sekolah dan ekstrakurikuler dari hasil analisis angket sangat baik ini dapat terlihat dari tingginya presentasi kedisiplinan siswa dengan rata-rata kedisiplinan siswa mencapai 61% siswa sangat disiplin. Sedangkan karakter religius juga sangat berhasil dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler sudah sangat baik ini dapat dilihat dari 73% siswa sudah sangat religius. Untuk karakter peduli social sudah sangat baik ini dapat dilihat dari rata-rata karakter peduli social dari hasil angket mencapai 69%. Untuk karakter kerja keras siswa di MTsN watampone juga sudah sangat baik ini dapat dilihat dari rata-rata hasila analisis angket yang mencapai 52% siswa selalu bekerja keras. Sedangkan untuk karakter mandiri siswa di MTsN watampone sudah mandiri berdasarkan rata–rata hasil analisis angket tentang mandiri yaitu 53% yang berkarakter mandiri.
C.    Efektifitas Pembinaan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran, Ekstrakurikuler dan Budaya Madrasah Di MTsN Watampone Kabupaten Bone
Efektifitas selalu dikaitkan dengan  hasil yang sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif apabila dapat menunjukkan suatu keberhasilan atau telah mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian, efektifitas dapat diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai dari suatu tindakan atau usaha dalam kegiatan tertentu. Pembinaan karakter dapat dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai dalam kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone sangat efektif dalam membina karakter siswa di madrasah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal di antaranya:
1.      Budaya madrasah yang dibangun di MTsN watampone sangat baik dalam mendukung pembinaan karakter. Dukungan  ini dapat terlihat dari adanya tata tertib siswa yang mengatur aktifitas umum siswa di sekilah. Sedalin itu guru-guru yang terdapat di MTsN watampone juga terlibat dalam penertiban tata tertib tersebut, selai itu guru-guru juga mendukung aktifitas siswa yang baik diluar pembelajaran. Selama peneliti berada di madrasah tersebut kurang lebih 2 minggu mengikuti aktifitas siswa tidak ditemukan siswa yang berkelahi walaupun masih terdapat beberapa siswa yang membolos dan tidak memakai kelengkapan madrasah. Selain itu di saat jam istirahat peneliti banyak menemukan siswa yang mengaji di mesjid madrasah. Pada waktu sholat hampir semua siswa melaksanakan ibadah sholat di mesid tersebut. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pembinaan karakter disiplin dan religius di MTsN Watampone sangat baik.
2.      Pada proses pembelajaran guru senantiasa menekankan pentingnya karakter dalam diri siswa. Selain itu aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru selalu mengandung penanaman nilai-nilai karakter. Selama peneliti melihat langsung aktifitas pembelajaran di MTsN watampone, siswa sangat antusias dalam mengikuti seluruh aktifitas belajar yang dirancang oleh guru. Walaupun masih terdapat beberapa siswa yang kurang berperang aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Namun secara keselurahan peroses pembelajaran yang berbasis karakter tersebut sudah berjalan dengan sangat baik. Dalam proses pembelajaran di MTsN guru mengunakan RPP Berkarakter yang telah di canankan oleh Kementrian Pendidikan. Media yang di gunakan juga mendukung terbentuknya karakter dalam diri siswa, seperti pengunaan vidio yang inspiratif.
3.      Dalam ekstakurikuler pembinaan karakter siswa menjadi salah satu fokus utama selain terbentuknya katerampilan dalam diri siswa. Ekstrakurikuler berperang aktif dalam terbentuknya karakter siswa. Seperti dari hasil wawancara yang dengan para pembina ekstrakurikuler yang mengedepankan pembinaan karakter pada ekskul yang mereka bina.
Jadi, dari hasil analisis data dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone sangat efektif dalam membina karakter siswa. Pembinaan karakter yang dilakukan di MTsN Watampone berlangsung dalam tiga cara antara lain dari pembelajaran, ektrakurikuler dan budaya madrasah. Hasil dari pembinaan karakter dapat di lihat dari karakter keseharian siswa yang berada di MTsN Watampone di dominasi dengan karakter yang baik. Karakter baik yang dimaksud adalah rendahnya pelanggaran yang dilakukan siswa dalam artian siswa sangat tertib dan disiplin selama beraktifitas di madrasah. Selain itu, aktifitas yang dilakukan oleh siswa di madrasah sangat religius dapat di lihat dari banyaknya siswa yang menbaca alquran di masjid, kelas, kantin dan taman. Serta masjid madrasah selalu full ketika masuk waktu sholat dhuhur.




[1] Sejarah singkat(selayang pandang) diambil dari arsip MTs Watampone bagian administrasi.
[2] Visi dan misi diambil dari arsip MTs Watampone bagian administrasi.
[3] Sumber data : Kantor tata Usaha MTs Watampone
[4] Kasmaruddin, Kepala MTsN Watampone, wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[5] Satya, Pembina Osis MTsN Watampone, wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[6] Harbi, Pembina Pramuka wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[7] Ibid.
[8]Suharman, Pembina PMR,  wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[9] Ibid.
[10] Siti Marjuni, Pembina KIR, wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[11] Ibid.
[12] Arwan, Pembina Rohis, wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15]Kasmaruddin, Kepala MTsN Watampone, wawancara, pada tanggal 23 januari 2016 di MTsN Watampone.
[16] Otteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. (Bandung : Angkasa, 1983),  h. 56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar