Prof. Regina Ganter, seorang sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia, telah meriset salah satu suku Aborigin Marege yang ternyata berbahasa Melayu Makasar. Marege adalah desa kuno di Tanah Arnhem (Arnhem Land) di daerah Darwin, dan Australia bagian utara.
Penghuni asli wilayah Tanah Arnhem ini adalah suku pribumi Aborigin Yolŋu (baca: Yolngu), yang sebelum kedatangan orang Eropa diketahui telah berhubungan dagang dengan pelaut atau pedagang dari Bugis/Makassar dan Melayu.
Prof. Regina Ganter, peneliti yang mendapat fakta komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo di Makasar, Sulawesi Selatan.
Dalam risetnya, Prof. Regina menuturkan bahwa sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669) kapal-kapal Phinisi dari Makasar menguasai perairan teluk antara Carpentaria – Darwin, untuk mencari tripang.
Prof. Regina mendapat fakta yang menakjubkan, bahwa komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo di Makasar, Sulawesi Selatan.
Komunitas ini sudah ada sejak abad ke 17 atau sekitar tahun 1650-an dan menyebarkan Islam di Australia Utara hingga ke desa yang pada masa lalu disebut sebagai desa “Kayu Jawa” di Australia Barat.
Begitu fenomenalnya suku Yolngu, sampai dibuat film drama yang berjudul “Yolngu Boy” pada tahun 2001 yang menceritakan tiga bocah suku Yolngu melewati transisi dari kehidupan anak-anak menjadi remaja.
Keuntungan film drama ini sebesar $645,700 dan itupun hanya keuntungan dari penayangannya di Australia saja. Film suku Yolngu lainnya adalah “Ten Canoes” pada tahun 2006 dan memenangi beberapa penghargaan (award) seperti AACTA Awards Australia, Cannes Film Festival, Flanders International Film Festival Ghent, Satellite Award dan lainnya.